Myanmar Tahan Polisi Yang Terekam Kamera Siksa Kaum Rohingya

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Selasa, 03 Jan 2017 13:31 WIB
Penangkapan ini merupakan yang pertama kalinya meskipun selama ini sudah banyak laporan dan video yang menunjukkan dugaan penganiayaan terhadap Rohingya.
Otoritas Myanmar menahan empat anggota kepolisian yang tertangkap kamera melakukan penganiayaan terhadap warga etnis minoritas Muslim Rohingya. (Reuters/Soe Zeya Tun)
Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Myanmar menahan empat anggota kepolisian yang tertangkap kamera melakukan penganiayaan terhadap warga etnis minoritas Muslim Rohingya.

"Mereka [polisi] yang telah teridentifikasi dalam video itu telah ditahan. Penyelidikan terus dilakukan untuk mengungkap anggota polisi lain yang ikut menganiaya penduduk desa dalam operasi itu," bunyi pernyataan kantor pemerintahan pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, seperti dikutip AFP, Senin (2/1).

Penangkapan terhadap polisi ini merupakan yang pertama kalinya meskipun selama ini sudah banyak laporan dan video yang menunjukkan dugaan penganiayaan bahkan pembunuhan terhadap kaum Rohingya oleh polisi dan tentara Myanmar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kantor pemerintahan Suu Kyi berjanji akan menindak lebih lanjut anggota polisi "yang diduga memukuli sejumlah warga saat operasi pembersihan pada 5 November lalu di desa Kotankauk" itu.

Rekaman video menunjukkan sejumlah polisi memukul kepala seorang pemuda ketika berjalan mendekati barisan warga desa yang tengah duduk di tanah sambil meletakan tangan di belakang kepala mereka.

Tiga petugas berseragam kemudian menyerang salah satu warga yang duduk. Mereka memukul dengan tongkat dan menendang wajahnya berulang kali.

Kepada AFP, seorang aktivis Rohingya menuturkan rekaman video itu telah diverifikasi oleh pengungsi di kamp Shilkhali.

Seorang pengamat bernama David Mathieson mengatakan, "video ini membawa pertanyaan besar bagi pemerintah Myanmar yang selama ini menampik segala tudingan bahwa pasukannya telah melakukan pelanggran HAM terhadap kaum minoritas Muslim lokal."

"Video ini menggambarkan bagaimana mereka memperlakukan penduduk Muslim lokal di negara itu," kata Mathieson.

Senada dengan Mathieson, pemimpin eksekutif lembaga non-profit pemerhati HAM, Fortify Rights, Matthew Smith, mengatakan bahwa video ini menambah bukti konkret penyalahgunaan wewenang oleh pasukan keamanan Myanamar.

Menurutnya, impunitas masih berlaku setiap hari di wilayah Rakhine, tempat di mana kekerasan bahkan pembunuhan kaum minoritas Muslim khususnya Rohingya banyak terjadi.

Diskriminasi populasi Muslim di Myanmar telah lama terjadi, khususnya terhadap etnis Rohingya yang dianggap kelompok HAM sebagai orang paling teraniaya di dunia.

Dalam hukum kewarganegaraan tahun 1982, Myanmar mengakui sekitar 130 etnis lokal resmi, kecuali etnis Rohingya. Bentrokan komunal pun kerap terjadi antara masyarakat mayoritas Buddha dengan kaum Muslim di negara itu.

Penyiksaan terhadap etnis minoritas Muslim khususnya Rohingya kembali mencuat pada Oktober lalu.

Sejak insiden penyerangan pos polisi perbatasan di Rakhine oleh sekelompok bersenjata pada 9 Oktober 2015, militer Myanmar dituding menyerang dan melakukan kekerasan kepada etnis Rohingya secara membabi-buta hingga menewaskan 86 orang, serta 30 ribu lainnya melarikan diri dari Rakhine.

Militer Myanmar menuding "teroris Rohingya" sebagai dalang penyerangan pos polisi itu meski tanpa didasari bukti jelas.

Bentrokan Oktober lalu itu menjadi yang terparah sejak aksi kekerasan sektarian oleh kelompok Buddha radikal terhadap warga Rohingya terjadi pada 2012 lalu. Insiden ini menewaskan sekitar 200 orang dan menyebabkan 140 ribu orang kehilangan tempat tinggal.

Krisis Rohingya yang berkepanjangan ini mendapat perhatian global. Sejumlah komunitas internasional memprotes Suu Kyi yang dianggap tidak cukup mengerahkan upayanya untuk membantu etnis Rohingya. (has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER