Jakarta, CNN Indonesia -- James Woolsey, penasihat utama presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, meyakini Rusia terlibat dalam peretasan guna mencampuri proses pemilu pada 8 November lalu. Pernyataan ini sangat bertolak belakang dengan sikap Trump yang selalu membantah mentah-mentah tudingan keterlibatan Moskow itu.
"Saya pikir Rusia ada [terlibat] di sana. Namun, bukan berarti pihak lain [di luar Rusia] tidak terlibat juga. Tidak mudah memang untuk mengatakan siapa [pelaku peretasan] karena ada banyak trik untuk menyembunyikan ini," ungkap Woolsey kepada
CNN pada Senin (2/1).
Mantan bos Lembaga Pusat Intelijen AS (CIA) ini menyatakan, memang sulit menentukan dalang di balik peretasan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun ia percaya, pihak asing termasuk Rusia terlibat dalam aksi campur tangan yang dianggap Presiden Barack Obama telah membahayakan kepentingan negaranya itu, meski belum tentu peretasan yang dilakukan Moskow ini berpengaruh pada hal-hal yang penting.
"Terkadang orang-orang di Lembaga Keamanan Nasional AS saling berbincang dan mengungkapkan gagasan mereka terkait kemungkinan modus peretasan ini. Tapi saya pikir hal ini bukan jadi masalah substansial di sini. Saya pikir [keterlibatan Rusia] hanya sebatas dialog bolak-balik saja," kata penasihat keamanan nasional Trump itu.
Komentar Woosley ini datang beberapa hari usai Biro Investigasi Federal (FBI) merilis laporan investigasi terbaru terkait dugaan intervensi Kremlin dalam pemilu untuk membantu kemenangan Trump.
FBI bahkan mengaku memiliki bukti sampel kode komputer berbahaya yang digunakan dalam peretasan besar-besaran oleh Moskow.
Bersamaan dengan rilisnya laporan FBI, Obama juga memutuskan untuk menjatuhkan sejumlah sanksi diplomatik dan ekonomi terhadap Rusia, termasuk dengan mengusir 35 diplomat Rusia dari AS.
Hingga saat ini, Trump dan tim transisinya terus menampik dan menyebut tuduhan Gedung Putih ini sebagai tudingan konyol yang tidak berdasar.
"Saya tahu banyak tentang peretasan. Peretasan sangat sulit dibuktikan, jadi bisa saja dilakukan oleh pihak lain," kata Trump.
Juru bicara Trump, Sean Spicer, bahkan mengatakan bahwa tudingan ini tidak bertanggung jawab karena belum ada laporan akhir intelijen yang mampu menjelaskan bahwa kemenangan Trump dibantu oleh Rusia.
"Tidak ada bukti bahwa mereka memengaruhi pemilu. Gagasan untuk menyimpulkan sebelum memiliki laporan akhir adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab," kata San kepada Fox News, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (3/1).
Isu peretasan dan intervensi Rusia ini kian mencuat usai kekalahan Hillary Clinton dari Trump dalam pemilu lalu.
Jaringan surel internal partai Demokrat sempat diretas saat masa kampanye pemilu berlangsung. Hal ini cukup membuat Clinton kelimpungan mempertahankan kredibilitasnya semasa kampanye.
(has)