Trump Akui Rusia Mungkin Retas Partai Demokrat saat Pemilu

CNN Indonesia
Kamis, 12 Jan 2017 10:10 WIB
Setelah selama ini menyangkal, Donald Trump akhirnya mengakui bahwa Rusia kemungkinan meretas sistem komputer Partai Demokrat menjelang pemilu 2016 lalu.
Trump menyalahkan Partai Demokrat karena tidak memiliki program keamanan siber yang baik. (Reuters/Rick Wilking)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah selama ini menyangkal, presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, akhirnya mengakui bahwa Rusia kemungkinan meretas sistem komputer Partai Demokrat menjelang pemilihan umum 2016 lalu.

"Saya pikir itu (dilakukan oleh) Rusia," ujar Trump dalam konferensi pers pertamanya sejak memenangkan pemilu tahun lalu, Rabu (12/1), sebagaimana dikutip CNN.

Namun, ia menampik laporan intelijen gabungan yang menyatakan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, memerintahkan langsung peretasan tersebut demi membantu kemenangan Trump.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(Putin) tidak mungkin melakukannya. Rusia akan lebih menghargai negara kami ketika saya memimpin ketimbang orang lain yang memimpin," ucap Trump.

Dalam jumpa pers itu, Trump mengatakan akan berusaha memperbaiki hubungan dengan Rusia. Namun, ia tidak yakin akan memiliki hubungan yang baik dengan Putin, setelah selama ini dirumorkan kedua tokoh tersebut memiliki kedekatan khusus.

Trump mengatakan, ada kemungkinan ia dan Putin tak dapat menjalin hubungan baik. Ia mengaku dapat bertindak keras terhadap Putin, lebih dari rivalnya saat pemilu, Hillary Clinton.

"Apakah kalian yakin Hillary akan lebih keras terhadap Putin ketimbang saya?" tanya Trump kepada awak media yang hadir.

Ia kemudian mengatakan, bukan hanya Rusia yang meretas sistem komputer Partai Demokrat. Ia menyalahkan Partai Demokrat karena tidak memiliki program keamanan siber yang baik.

Masalah ini menjadi sorotan luas setelah intelijen gabungan AS menyerahkan laporan mengenai peretasan Rusia dalam pemilu, pada pekan lalu.

Tak lama setelah laporan itu diserahkan, Buzzfeed melansir laporan dokumen rahasia dari seseorang yang mengaku merupakan mantan intelijen Inggris. Dalam laporan itu, Rusia dituding menghimpun informasi mengenai tindakan tak senonoh Trump.

Namun, Trump menyanggah tudingan tersebut dan berkata, "Saya pikir itu memalukan, memalukan bahwa badan intelijen meyakini informasi yang begitu palsu. Saya pikir itu memalukan, dan itu merupakan sesuatu yang dapat dilakukan oleh Nazi Jerman."
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER