Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah kelompok pemberontak penentang Presiden Bashar al Assad memastikan akan menghadiri perundingan damai yang didukung Rusia dan Turki untuk menekankan implementasi gencatan senjata di Suriah.
"Sejumlah faksi akan berangkat dan hal pertama yang akan mereka diskusikan adalah persoalan gencatan senjata beserta segala pelanggaran yang dilakukan rezim (Assad)," kata seorang petinggi Free Syrian Army yang enggan disebut namanya, sebagaimana dikutip
Reuters, Senin (16/1).
Petinggi lainnya, Zakaria Malahifji dari kelompok Fastaqim, mengatakan "mayoritas kelompok memutuskan untuk hadir. Diskusi soal gencatan senjata--masalah kemanusiaan--penyaluran bantuan, pelepasan tahanan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rusia, sekutu utama Assad, mengambil langkah diplomatik ini setelah pihak oposisi dihantam kelakahan besar di Aleppo. Perundingan akan dilaksanakan 23 Januari di Kazakhstan.
Kelompok pemberontak mengambil keputusan tersebut dalam pertemuan yang dilaksanakan di Ankara, Turki, dan kini bekerja untuk membentuk delegasi yang berbeda dengan perwakilan untuk perundingan Jenewa, tahun lalu.
Turki adalah pendukung terbesar pemberontakan terhadap Assad. Namun, prioritasnya di Suriah tampak bergeser dari menggulingkan Sang Presiden ke arah pertempuran melawan kelompok Kurdi dan ISIS di dekat perbatasan.
Badan oposisi yang didukung Arab Saudi, Komite Tinggi Negosiasi (HNC), menyatakan telah mendukung upaya menuju perdamaian ini. Mereka memandang pertemuan tersebut sebagai langkah awal untuk melanjutkan negosiasi politik di Jenewa.
HNC yang dibentuk di Riyad, Desember 2015, terdiri atas oposisi politik dan bersenjata pemerintah Assad.
Malahifji mengatakan delegasi baru ini akan dibentuk di bawah koordinasi dengan HNC. Namun, komposisinya akan berbeda karena "Rusia sangat berfokus pada faksi militer."