Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Perdana Menteri Turki, Norman Kurtulmus, mengatakan bahwa serangan teror di kelab malam Reina, Istanbul, pada Tahun Baru lalu bukan hanya melibatkan kelompok teroris, tapi juga organisasi intelijen.
"Serangan Reina bukan hanya merupakan tindakan organisasi teroris, tapi juga ada keterlibatan organisasi intelijen. (Serangan) ini sangat terencana," ujar Kurtulmus kepada
A Haber, sebagaimana dikutip
The Independent, Senin (16/1).
Otoritas setempat sebelumnya juga mengatakan, pelaku memang beraksi sendiri, tapi serangan itu kemungkinan direncanakan oleh satu kelompok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak lama setelah Kurtulmus melontarkan pernyataan tersebut, kepolisian berhasil menangkap pelaku penembakan yang menjalankan aksinya dengan nama Muhammed Horasani itu di tempat ia bersembunyi bersama puteranya.
Tak hanya Horasani, kepolisian juga mencokok lima orang dalam operasi ini, yaitu satu pria asal Kirgistan dan tiga perempuan lainnya.
Sebelumnya, otoritas Turki sudah menahan beberapa orang terkait serangan yang diklaim oleh ISIS ini. Kelompok militan tersebut mengatakan, serangan ini merupakan aksi balas dendam atas keterlibatan Turki dalam perang Suriah.
Horasani memang diduga pernah dilatih di Suriah. Ia juga disebut-sebut sudah memiliki pengalaman dalam perang gerilya.
Pria keturunan Uzbekistan tersebut melepaskan tembakan secara membabi buta di dalam kelab malam Reina pada Tahun Baru lalu dan menewaskan 39 orang. Ia sempat mengisi ulang amunisinya untuk menembak para korban yang sudah terkulai di lantai.
Serangan ini tak hanya menewaskan orang Turki, tapi juga merenggut nyawa warga dari sejumlah negara Arab, serta India dan Kanada.