Iran Tolak Kehadiran AS dalam Pembicaraan Damai Suriah

CNN Indonesia
Rabu, 18 Jan 2017 18:06 WIB
Bertentangan dengan keinginan Rusia dan Turki, pemerintah Iran menolak keikutsertaan Amerika Serikat dalam perundingan damai Suriah.
Menlu Iran Mohammad Javad Zarif menolak keikutsertaan AS dalam perundingan damai Suriah. (REUTERS/Neil Hall)
Jakarta, CNN Indonesia -- Iran menentang keikutsertaan Amerika Serikat dalam pembicaraan damai Suriah di ibu kota Kazakhstan, Astana pada 23 Januari mendatang.

“Kami menentang kehadiran mereka dan kami juga belum mengundang mereka,” ujar Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif kepada kantor berita Iran, Tasnim, seperti dikutip AFP, Rabu (18/1).

Penolakan ini bertentangan dengan dua negara penggagas perundingan, Rusia dan Turki, yang jusru mengharapkan pemerintahan baru AS di tangan Donald Trump ikut terlibat dalam perundingan ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Juru bicara Kemlu Iran, Bahram Ghasemi, mengatakan sejauh ini tidak ada penambahan negara peserta pembicaraan di Astana. Menurutnya, jumlah peserta yang terlalu banyak “dapat meningkatkan resiko gagalnya perundingan damai.”

Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Shamkhani menuturkan Teheran tetap menolak mengundang Washington dalam perundingan damai ini. Ia berujar, tidak ada alasan bagi AS untuk ikut dalam penyelesaian perang sipil di Suriah.

“Di luar pertanyaan apakah mereka [AS] perlu berperan dalam negosiasi di Astana, tidak ada alasan bagi AS untuk ikut dalam inisiatif politik terkait krisis di Suriah ini,” ucap Ali yang turut memantau koordinasi internasional dalam Perang di Suriah.

Upaya pembicaraan perdamaian antara pemerintah Presiden Bashar Al-Assad dan pemberontak terjadi setelah kedua pihak sepakat melakukan gencatan senjata.

Gencatan senjata berhasil dicapai berkat bantuan Ankara dan Moskow. Iran dan dan Rusia merupakan sekutu utama Suriah dalam konflik ini, sementara Turki merupakan pendukung dari para pemberontak.

Hingga saat ini, baik Iran, Rusia, dan Turki masih membahas siapa pejabat yang akan mewakili negara mereka ke Astana.

Ghasemi menambahkan, masih ada kesempatan bagi negara lain untuk turut serta dalam pembicaraan damai ini jika “langkah pertama”, perundingan 23 Januari nanti, sukses berjalan.

“Pertemuan ini tidak akan dilakukan pada tingkat menteri, tapi mungkin berada pada tingkat wakil menteri,” katanya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER