Nigeria Tangkap 65 Anggota Separatis Pendukung Donald Trump

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Senin, 23 Jan 2017 22:31 WIB
Polisi Nigeria menangkap 65 orang aktivis kelompok separatis yang tengah menggelar pawai merayakan pelantikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Ilustrasi pendukung Donlad Trump di Amerika Serikat (Reuters/Eric Thayer)
Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi Nigeria menangkap 65 orang aktivis dari kelompok separatis dalam unjuk rasa mendukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang baru saja dilantik 20 Januari kemarin.

Demonstrasi ini berlangsung pada Jumat pekan lalu di Port Harcourt, sementara aksi protes besar-besaran menentang pelantikan Trump digelar di seluruh dunia.

"Sekitar 65 dari mereka [peserta demo] ditangkap karena dicurigai sebagai Anggota Pribumi Biafra (IPOB) dan kedapatan membawa bendera kelompok tersebut," ucap wakil kepala kepolisian negara bagian Rivers, Ahmed Magaji, seperti dikutip AFP, Senin (23/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

IPOB merupakan bagian dari gerakan separatis yang ingin membentuk negara merdeka Biafra, sebuah wilayah di tenggara Nigeria.

Wilayah Biafra terus berupaya memerjuangkan kemerdekaan mereka setelah perang saudara brutal selama tiga tahun pada 1967-1970.

Magaji menuturkan, pawai tersebut tidak mendapatkan izin dan menganggu ketertiban umum. Polisi dilaporkan menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerumunan massa.

"Para tersangka dari kaum Biafra ini telah melanggar hukum di kota metropolis Port Harcourt," katanya menambahkan.

Melalui akun Twitter, sejumlah aktivis pro-Biafra mengklaim polisi secara brutal menyerang dan bahkan membunuh beberapa peserta demo yang tidak bersenjata. Namun, sejauh ini laporan tersebut belum bisa diverifikasi secara independen.

Di awal masa pemilu AS, IPOB memang telah menyatakan dukungannya pada taipan real estate itu dengan harapan Trump akan melihat gerakan kemerdekaan mereka.

Segera usai Inggris menyatakan keluar dari Uni Eropa atau Brexit pada Juni lalu, kelompok ini mendorong upaya kemerdekaannya sendiri dengan julukan "Biarfrexit."

Sentimen separatisme berkembang dalam 15 bulan terakhir sejak penangkapan saudara dari pemimpin IPOB, yang memicu bentrokan berdarah antar aktivis dan pasukan keamanan Nigeria.

Banyak dari kelompok pemerhati HAM yang mengecam tindakan represif dari aparat keamanan Nigeria tersebut. (aal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER