Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang pembelot yang merupakan mantan Duta Besar Korea Utara untuk Inggris, Thae Yong-Ho menyebut sejumlah elit pemerintah mulai berani mengungkapkan ketidakpuasaan mereka terhadap pemimpin tertinggi negara itu, Kim Jong-Un.
"Perbedaan pendapat atau kritik yang muncul di kalangan pejabat publik tingkat rendah, yang dahulu tidak pernah terpikirkan akan muncul, saat ini menjadi lebih sering terdengar," ucap Thae dalam konferensi pers pertamanya, Rabu (25/1).
"Kita harus terus menyemprotkan bensin [kritikan dan ketidakpusan] ini pada Korut, dan biarkan warga membakarnya," kata Thae seperti dikutip
Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Thae, 54, merupakan pejabat paling senior yang melepas jabatan publik dan melarikan diri dari Korut pada Agustus 2015 lalu. Ia bersama istri dan dua anaknya kini tinggal di Korea Selatan.
Sebelum Thae, pejabat senior lainnya yang membelot ialah Hwang Jang Yop, Otak dibalik ideologi pemerintah "Juche' yang mengkombinasikan Marxisme dan Nasionalisme. Hwang membelot dari Korut pada 1997 silam.
Ketidakpuasaan terhadap kepemimpinan Kim juga turut menguatakan Thae untuk membelot dari negara paling terisolasi di muka bumi ini. Menurutnya, sistem pemerintahan Korut saat ini tidak berhubungan sama sekali dengan ideologi komunis yang sesungguhnya.
Thae bahkan merasa yakin bahwa banyak diplomat Korut lain di Eropa yang tengah menunggu momen tepat untuk membelot ke Korsel.
Ia berujar, merangkul dan mendorong gerakan reformasi merupakan satu-satunya jalan mengkahiri rezim Kim.
"Ketika Kim Jong-Un pertama kali berkuasa, saya menaruh harapan besar bahwa ia bisa membuat keputusan yang masuk akal dan rasional untuk menyelamatkan Korut dari kemiskinan. Tapi harapan itu hilang saat Kim mengeksekusi banyak pejabat publik tanpa alasan jelas," katanya.
(aal)