Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyebut tim investigasi kementeriannya yang saat ini berada di Sudan akan meminta akses barang bukti terkait kasus penyelundupan senjata yang melibatkan kontingen Indonesia.
Tim investigasi itu, kata Retno, sudah berdiskusi dengan pihak otoristas setempat di Khartoum dan Al-Fashir. "Beberapa diskusi sudah dilakukan, kami berencana meminta akses terhadap barang bukti," kata Retno di Jakarta, Kamis (2/2).
Rencananya tim investigasi akan berada di Sudan hingga 6 Februari 2017. Namun, ada kemungkinan tim akan memperpanjang masa tinggal di sana jika memang diperlukan dan mendapatkan izin dari pihak terkait.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekali lagi ini terkait dengan masalah izin karena izin tidak hanya diberikan pemerintah Sudan tapi juga meminta izin kepada UNAMID. Maka kalau ada keperluan dan kalau ada izin, bukan tidak mungkin mereka bisa memperpanjang masa tinggal di sana," jelas Retno.
Retno juga menyebut, saat tim berada di Khartoum, pemerintah Sudan memberikan penghargaan kepada kontingen Indonesia terkait kontribusi Indonesia dalam PKO (Peace Keeping Operation).
"Karena kontingen Indonesia dinilai merupakan salah satu kontingen terbaik yang mereka nilai," katanya.
Retno menjelaskan komunikasi antara tim yang berada Khartoum, Al-Fashir, Jakarta, dan New York terus berjalan untuk bisa mendapatkan informasi yang diperlukan.
Sebelumnya, pasukan Indonesia dikabarkan telah ditahan saat hendak pulang usai menyelesaikan operasi di Sudan. Mereka diduga berupaya menyelundupkan sejumlah senjata dan amunisi yang terdiri dari 29 senapan Kalashnikov, empat buah GM3, dan 61 jenis senjata lain.
Atas kejadian ini, pihak PBB segera melakukan investigasi setelah memperoleh informasi penahanan ini. Tim Polri juga dikabarkan segera bertolak ke Sudan untuk memberikan bantuan hukum dan mencari kejelasan dari permasalahan ini.
(aal)