Jakarta, CNN Indonesia -- Pejabat imigrasi Amerika Serikat menunda proses wawancara dengan para pencari suaka yang ditampung di kamp-kamp Australia. Mereka seharusnya diperiksa sebagai tahap awal transfer ke AS.
Proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Imigrasi dan Kewarganegaraan AS (CIS) ini seharusnya sudah memasuki tahap kedua pada pertengahan Februari. Namun kini, Presiden Donald Trump menutup sementara semua jalur imigran ke AS sehingga proses wawancara pun harus ditunda.
"Pemeriksaan oleh tim CIS ditunda sembari mereka menunggu klarifikasi informasi apa yang diperlukan untuk menentukan diizinkannya pencari suaka masuk," ujar seorang pejabat yang enggan diungkap identitasnya kepada
Reuters, Jumat (3/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjanjian pertukaran pencari suaka ini disepakati di bawah pemerintahan Barack Obama. Dalam perjanjian tersebut, AS bersedia menerima 1.250 pencari suaka dari kamp Nauru dan Pulau Manus, dengan timbal balik Australia menampung pengungsi dari El Salvador, Guatemala, dan Honduras.
Sejak saat itu, sudah ada ribuan pencari suaka yang mendaftarkan diri. Namun sekarang, nasib para pencari suaka itu kembali terkatung-katung. Pasalnya, Australia juga selama ini menerapkan aturan "
zero entry" atau sama sekali tak menerima pengungsi.
Para pengungsi dan pencari suaka yang datang ke Australia pun terpaksa ditampung di kamp di Nauru dan Pulau Manus, Papua Nugini. Di sana, mereka kerap diperlakukan buruk.
"Kami sangat khawatir dengan kesepakatan dengan AS ini. Kami tak tahu mana yang harus kami percayai dan ketidakpastian ini kian buruk. Ini membunuh kami dari dalam setiap harinya," ujar Imran Mohammad, seorang pencari suaka dari etnis minoritas Rohingya yang kabur dari Myanmar.
(has)