Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Korea Selatan menyebut Korea Utara kembali menguji coba peluru kendali balistik, Minggu (12/2). Ini adalah uji coba rudal pertama yang dilakukan Korut setelah Donald Trump menjadi presiden Amerika Serikat.
"Pemerintah Korea Selatan dan komunitas internasional bekerja sama untuk menjatuhkan hukuman yang pantas atas aksi ini," kata pelaksana tugas Presiden Korsel Hwang Kyo-ahn.
Ketika ditanyai soal peluncuran rudal ini, Trump menolak berkomentar. Sementara itu, seorang juru bicara Gedung Putih mengatakan sang Presiden sudah diberi penjelasan mengenai uji coba tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumber di Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan kepada
CNN bahwa Korea Utara meluncurkan proyektil dari Pyongan Utara. Peluru tersebut mengudara sejauh 500 kilometer sebelum jatuh di Laut Jepang, yang juga dikenal dengan Laut Timur.
Sementara, seorang pejabat senior AS mengatakan peluncuran ini melibatkan rudal balistik jarak menengah.
Di sisi lain, pejabat Kementerian Luar Negeri Amerika mengatakan, "kami mendapatkan sejumlah laporan dan memantau situasi dengan seksama."
Di Seoul, para pejabat pertahanan Korsel menggelar rapat darurat, pagi ini.
Ancaman untuk ASJenderal Purnawirawan Mark Hertling mengatakan uji coba ini adalah sebuah tahap menuju rudal balistik antarbenua.
"Itu adalah tujuan politisi Korea Utara," ujarnya. "Rudal jarak menengah ini tentu berbahaya. Peluru ini bisa menempuh jarak lebih jauh daripada rudal Musudan yang mereka uji coba sebelumnya."
"Dan ini bukan hanya mengancam Amerika Serikat, tapi semua rekanan di Asia."
Hertling mengatakan rudal itu diarahkan ke Laut Jepang karena masih belum mempunyai akurasi yang bagus. Korea Utara ingin melihat sejauh apa rudal itu bisa terbang.
"Mereka mungkin menguji coba semacam pelindung panas untuk rudal itu kembali masuk ke atmosfer," ujarnya. "Mereka mungkin mencoba apakah rudal itu bisa menahan kekuatan gravitasi jika diberi muatan bahan peledak."