Bangladesh: Rohingnya Picu Meningkatnya Peredaran Narkoba

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Selasa, 28 Feb 2017 16:07 WIB
Kaum Rohingya yang datang secara ilegal ke Bangladesh dinilai menjadi mangsa bagi para penyelundup serta gembong narkoba untuk dijadikan budak.
Kaum Rohingya yang datang secara ilegal ke Bangladesh dinilai menjadi mangsa bagi para penyelundup serta gembong narkoba untuk dijadikan budak. (ANTARA FOTO/Syifa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Bangladesh menganggap masuknya gelombang pengungsi etnis minoritas Muslim Rohingya dari Myanmar memicu melonjaknya peredaran narkoba di negara mereka.

Hal ini terpantau dari laporan terbaru yang menunjukkan bahwa tingkat konsumsi ya ba atau obat gila, narkotika jenis methamphetamine, mencapai 29,4 juta pil pada 2016 lalu, melonjak lebih dari 2.500 persen dari 2011.

"Perdagangan ya ba melonjak karena mereka [Rohingya]," ujar penasihat politik Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasin, tanpa menjelaskan data rinci mengenai keterlibatan Rohingya dalam perdagangan narkoba, seperti dikutip Reuters, Selasa (28/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyak pengungsi Rohingya di Bangladesh memang mengaku terdesak untuk melakukan kejahatan dan menjual narkoba lantaran tidak bisa bekerja secara legal di negara itu.

Hanya sekitar 34 ribu pengungsi Rohingya yang memenuhi syarat bantuan internasional dan tinggal di kamp-kamp penampungan resmi.

Kepolisian serta pejabat pemerintah mengatakan, kaum Rohingya yang datang secara ilegal ke Bangladesh pun menjadi mangsa empuk bagi para penyelundup serta gembong narkoba. 

Para pengungsi ilegal itu dijadikan budak lantaran keberadaan mereka sulit dilacak.

Salah satu pengungsi yang menjadi korban adalah Sanmaraz. Perempuan yang tinggal di Bangladesh sejak lebih dari dua dekade itu mengaku suaminya "dijebak" oleh penduduk desa setempat untuk melakukan kejahatan.

Kini, pengungsi Rohingya yang tinggal di Leda itu sedang menunggu proses hukum suaminya yang terjerat kasus perdagangan narkoba karena kedapatan membawa ya ba.

"Bangladesh telah memberi kami tempat tinggal, tetapi orang-orang lokal tidak menginginkan kami di sini," katanya.

Sementara itu, Rukina Begum, mengaku dibujuk seseorang untuk bergabung dengan kelompok wanita lainnya, menyelundupkan 1.000 pil ya ba menggunakan bus dengan iming-iming lapangan pekerjaan bagi anaknya yang berumur 11 tahun.

"Jika saya memiliki cukup uang, saya tidak akan mengirimkan anak laki-laki saya bekerja di sembarang tempat dan musibah ini tidak akan terjadi," kata Begum yang telah terbebas dari tuntutan hukuman setelah delapan bulan dipenjara.

Isu ini kemudian membuat masyarakat mendesak untuk merelokasi ribuan pengungsi Rohingya yang selama ini tinggal di kamp-kamp di perbatasan Bangladesh ke sebuah pulau terpencil di Teluk Benggala.

Bangladesh: Rohingya Picu Lonjakan Peredaran NarkobaPengungsi Rohingya di Cox Bazarm distrik yang berbatasan langsung dengan Myanmar. (Reuters/Mohammad Ponir Hossain)
Warga Cox Bazar, distrik pesisir Bangladesh yang menampung Rohingya paling banyak, juga telah mengadakan rapat umum dan unjuk rasa untuk mendesak rencana relokasi tersebut.

"Penduduk dan pemimpin masyarakat lokal sangat tidak suka menghadapi lonjakan gelombang masuk pengungsi Rohingya ke Bangladesh. Mereka merasa, pengungsi Rohingya merenggut pekerjaan buruh dengan meremehkan masyarakat lokal," katanya.

Kaum Rohingya yang berasal dari bagian utara wilayah Myanmar dianggap sebagai salah satu etnis paling teraniaya di dunia. 

Etnis Rohingya tidak masuk dalam daftar etnis resmi dalam undang-undang kewarganegaraan Myanmar, membuat mereka kerap dianiaya dan didiskriminasi. Puluhan ribu Rohingya pun telah melarikan diri keluar Myanmar.

Lebih dari 70 ribu kaum Rohingya dikabarkan telah melintasi perbatasan Myanmar sejak bentrokan terbaru antara militer dan kaum Rohingya pada Oktober 2016 lalu. Bangladesh menjadi salah satu tempat yang paling banyak menampung pengungsi Rohingya. (has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER