Jakarta, CNN Indonesia -- Setidaknya enam polisi Myanmar tewas akibat serangan fajar yang digencarkan oleh kelompok pemberontak etnis minoritas Kokang di perbatasan dengan China pada Senin (6/3).
"Pemberontak membakar beberapa kendaraan dan membakar sejumlah hotel di Kota Laukkai. Mereka menembakkan artileri besar ke kota sehingga militer melawan balik untuk melindungi warga," ujar seorang sumber militer kepada
AFP.
Sumber tersebut mengatakan, serangan dilakukan oleh kelompok pemberontak Kokang, etnis minoritas berbahasa China, yang beraksi di bawah bendera Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah cuplikan video yang tersebar di berbagai jejaring sosial menunjukkan sebagian kota masih membara pada Senin pagi. Para warga pun berlarian melindungi diri dari beberapa tembakan kecil yang masih terdengar.
Aliansi Utara, tempat MNDAA juga bernaung, mengatakan bahwa kelompok itu memang belum menyepakati perundingan damai dengan pemerintah. Mereka masih bertekad memberontak di wilayah Laukkai.
Namun menurut MNDAA, mereka melancarkan serangan kali ini "untuk melindungi diri dari serangan" operasi militer Myanmar yang sudah digencarkan sejak Desember lalu.
Operasi itu disebut menyulut kembali perang yang sudah hampir padam. Baku hantam militer dan MNDAA terakhir kali terjadi pada 2015 lalu dan menewaskan puluhan warga sipil. Menurut China, pesawat Myanmar menjatuhkan bom di sekitar perbatasan ketika pertempuran memanas.
Kokang memang disebut-sebut memiliki hubungan yang kuar dengan China. Mereka bahkan berbicara dengan dialek China yang khas dan menggunakan yuan sebagai mata uang mereka.
Selain Kokang, Myanmar juga masih menghadapi pemberontakan dari sejumlah etnis minoritas lain, termasuk Rohingya di perbatasan dengan Bangladesh.
(has)