Jakarta, CNN Indonesia -- Guatemala berada dalam suasana berkabung setelah api meluluhlantakkan salah satu penampungan anak binaan pemerintah pada Rabu malam, menewaskan setidaknya 20 remaja perempuan.
Seluruh korban tewas karena luka bakar saat api menyerbu penampungan Virgen de la Asuncion di Jose Pinula, 10 kilometer dari Guatemala City. Mereka berusia antara 14 hingga 17 tahun.
Sementara itu, puluhan korban lainnya dilarikan ke sejumlah rumah sakit di Ibu Kota. Salah satu rumah sakit di sana menangani sekitar 24 korban, enam di antaranya dalam kondisi kritis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diberitakan
AFP, Kamis (9/3), api diduga mulai melahap bangunan saat bentrokan terjadi di dalam penampungan pada Rabu malam. Penampungan itu merawat setidaknya 400 remaja perempuan.
Angel Cardenas, salah satu mantan pengurus panti tersebut, mengungkapkan kejadian ini seolah sudah dapat ditebak. Ia mengaku telah menangkap sejumlah pertanda mengenai kondisi internal panti, yang selama ini kerap dihadapkan sejumlah tuduhan pelecehan dan penganiayaan.
"Kejadian ini seperti bom waktu, sudah dapat diperkirakan sebelumnya," ungkap Cardenas.
Polisi, menurut
Reuters, menyatakan kebakaran terjadi setelah beberapa penghuni panti membakar kasur untuk melarikan diri dari fasilitas yang sudah terlampau padat itu.
Kepala Kepolisian Guatemala Nery Ramos mengatakan kasur dibakar sekelompok anak muda yang diisolasi karena kerusuhan dan percobaan melarikan diri. Otoritas kini menyelidiki apakah pelaku pembakaran adalah orang-orang yang sama dengan mereka yang mencoba melarikan diri.
Rosa Aguirre, seorang warga yang menitipkan dua saudara perempuannya di panti tersebut merasa frustasi saat mendengar kabar bahwa rumah aman itu terbakar.
Dia bergegas mendatangi lokasi dan berusaha mencari tahu apakah kedua saudaranya yang berusia 13 dan 15 tahun dalam keadaan baik-baik saja.
"Tapi mereka [pihak berwenang] tidak ingin memberikan informasi sama sekali," kata Aguirre.
Aguirre mengatakan, banyak keluarga yang kebingungan dan panik mendatangi sejumlah rumah sakit rujukan, mencari keberadaan sanak keluarga mereka.
Sel Isolasi 'Kandang Ayam'Aguirre menuturkan, tawuran dan bentrokan dalam panti memang kerap terjadi. Dia bahkan bercerita bahwa saudaranya kerap dimasukan dalam sel isolasi yang dijuluki tak lebih seperti "kandang ayam."
Perempuan berumur 17 tahun itu mengaku beberapa kali mengajukan keluhan mengenai dugaan pelanggaran yang dilakukan panti itu, namun tak pernah digubris.
Sejumlah media Guatemala kerap melaporkan mengenai kepengurusan panti yang dinilai buruk seperti kualitas makanan yang tidak baik hingga dugaan penganiayaan dan pelecehan seksual oleh para pengurusnya.
Beberapa laporan yang belum bisa diverifikasi bahkan menyatakan, puluhan anak di panti itu sering mencoba melarikan diri.
Padahal panti asuhan ini berada dalam kontrol pemerintah, di bawah tanggung jawab langsung kementerian sosial.
Organisasi pemerhati anak PBB, UNICEF, sangat menyayangkan "tragedi" ini, mengatakan bahwa anak-anak dan remaja seharusnya menjadi prioritas perlindungan masyarakat dan pemerintah.
Sejumlah advokat dan jaksa pemerhati hak anak meminta pemerintah Guatemala menutup penampungan anak tersebut.
Hilda Morales, seorang jaksa, mengaku telah meminta penutupan rumah aman itu karena ketidakmampuan pemerintah mengelola kesejahteraan anak-anak di sana.
(aal)