Al-Qaidah Minta Bantuan Usir Pemberontak Houthi dari Yaman

CNN Indonesia
Sabtu, 11 Mar 2017 01:16 WIB
Ansar al-Sahria, sayap kelompok Al-Qaidah di Semenanjung Arab (AQAP) meminta bantuan bendung serangan pemberontak Houthi yang diduga dibekingi AS di Yaman.
Ansar al-Sahria, sayap kelompok Al-Qaidah di Semenanjung Arab (AQAP) meminta bantuan membendung serangan kelompok Houthi yang diduga dibekingi Amerika Serikat di Yaman. (Reuters/Mohamed al-Sayaghi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok Ansar al-Sharia, sayap Al-Qaidah di Semenanjung Arab (AQAP), dikabarkan meminta bantuan untuk menangkis serangan kelompok Houthi di pusat negara Yaman dan menuduh Amerika Serikat berkoalisi dengan kelompok pemberontak itu untuk menyerang mereka.

Warga lokal mengatakan, kelompok Ansar al-Sharia dan kelompok militan Salafi tengah berupaya membendung serangan Houthi di Qifa, Provinsi Al-Bayda, wilayah di mana pemerintahan presiden Abdrabbuh Mansour Hadi memiliki sedikit kontrol karena perang sipil.

"Pasukan Amerika telah memfokuskan pesawat militer dan mata-mata mereka untuk memukul mundur kelompok Sunni di sini. AS telah meluncurkan puluhan serangan di malam hari dalam beberapa hari terakhir dengan berkoordinasi bersama Houthi," bunyi percakapan Telegram tersebut, seperti dikutip Reuters, Jumat (10/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Cepat, cepat perkuat garda di depan sebelum jatuh dan kalah," tambah pernyataan itu.

Dalam saluran Telegram, kelompok Ansar al-Sharia dilaporkan membahas serangan udara berulang yang terus digencarakan AS dalam beberapa waktu terakhir.

Pasukan militer udara AS telah memulai operasinya memberedel Al-Qaidah di Yaman sejak Donald Trump menjabat sebagai presiden AS pada 20 Januari lalu.

Washington diperkirakan telah meluncurkan setidaknya 40 serangan udara dengan sejumlah pesawat tempur dan drone-nya sejak minggu lalu.

Serangan udara AS itu menargetkan bagian selatan Provinsi Abyan, Shabwa, hingga Baida yang berada di utara Yaman.

Sementara itu, AQAP dianggap sebagai salah satu organisasi teroris dan pembuat bom yang paling ditakuti di dunia. Gedung Putih bahkan menganggap AQAP sebagai jaringan jihad paling berbahaya dan paling aktif.

Sejak awal 2015, kondisi di Yaman semakin rentan pasca direbutnya Istana Kepresidenan oleh kelompok pemberontak Houthi, sehingga terjadi kekosongan kekuasaan.

Kondisi rentan ini kemudian dimanfaatkan AQAP untuk menyebarkan propaganda dan pengaruhnya di negara paling miskin di Timur Tengah tersebut.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER