Pemilu Belanda Mulai, Elektabilitas Geert Wilders Menurun

CNN Indonesia
Rabu, 15 Mar 2017 15:08 WIB
Di saat pemilu Belanda mulai berlangsung, survei menunjukkan elektabilitas politikus sayap kanan Geert Wilders terus menurun, menjauhi PM Mark Rutte.
Di saat pemilu Belanda mulai berlangsung Rabu (15/3), elektabiltas politikus sayap kanan Geert Wilders kian turun menjauhi sang petahana PM Mark Rutte. (Foto: REUTERS/Michael Kooren)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jutaan warga Belanda dihadapkan pada pemilihan umum yang diselenggarakan Rabu (15/3), dihantui polemik seperti meningkatnya gerakan populisme Eropa dan masalah diplomatik dengan Turki.

Diberitakan Reuters, tempat pemungutan suara mulai dibuka sekitar pukul 07.30 waktu setempat dan akan ditutup malam hari pada pukul 21.00 di seluruh penjuru Belanda.

Sekitar 13 juta pemilih hari ini akan menentukan apakah Perdana Menteri Mark Rutte dari Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi (VVD) akan kembali memimpin Negeri Kincir Angin itu untuk ketiga kalinya, atau Geert Wilders, politkus ekstrem kanan anti-Islam dan anti-Uni Eropa, yang bisa berhasil mengambil hati warga Belanda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melansir AFP, menjelang pemilu berlangsung, jajak pendapat terakhir menunjukkan elektabilitas Rutte kian meningkat jauh di atas Wilders dengan raihan 24-28 kursi.

Elektabilitas Rutte bertahan setelah dirinya terus menyoroti kinerja yang dia capai selama memimpin Belanda sejak 2010 lalu, khususnya mengenai stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Belanda selama enam tahun terakhir.

Tindakan tegas Rutte menghadapi ketegangan hubungan Den Haag dan Ankara, salah satunya dengan melarang menteri luar negeri Turki mendarat di Rotterdam, juga tampaknya meningkatkan citra baiknya dalam kampanye pemilu.

"Ketika warga mencari kepemimpinan. Mereka mencari saya," tutur Rutte dalam debat pemilu Selasa pekan ini.

Sementara elektabilitas Wilders terus jatuh dengan raihan 19-22 kursi partai di parlemen. Padahal, selama kampanye, Wilders menggaungkan sejumlah isu prioritasnya khusunya mengenai keamanan nasional dan imigran.

Semasa kampanye, Wilders kerap berjanji akan menutup perbatasan bagi imigran Muslim, menutup sejumlah mesjid, dan melarang penjualan Al-Quran di negara itu. Wilders bahkan bersumpah akan menarik Belanda keluar dari keanggotaan UE jika ia menang dalam pemilu kali ini.

Retorika-retorika Wilders dianggap serupa dengan kampanye yang dilakukan Donald Trump hingga bisa memenangi pemilu Amerika Serikat pada November kemarin.

Meski gaya kampanye Wilders tak pelak meraih perhatian kaum nasionalis dan populis di negara itu, sejumlah warga Belanda masih menganggap misi politikus Partai Kebebasan (PVV) itu kurang baik.

"Dia berhak mengutarakan suara dan gagasannya, tapi sejauh ini dia tak pernah memberikan solusi apapun. Dia hanya menimbulkan ketakutan," ungkap Niels, salah seorang warga Belanda.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER