Pria Perebut Senjata di Paris dalam Pengaruh Narkotik

CNN Indonesia
Senin, 20 Mar 2017 09:46 WIB
Ziyed Ben Belgacem, pria yang tewas ditembak usai merebut senjata dari tentara wanita di Bandara Orly, Perancis, dikabarkan berada dalam pengaruh narkotik.
Ziyed Ben Belgacem, pria yang tewas ditembak usai merebut senjata dari tentara wanita di Bandara Orly, Perancis, dikabarkan berada dalam pengaruh narkoba. (Foto: AFP PHOTO)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang sumber pengadilan menuturkan, pria yang ditembak mati setelah merebut senjata aparat keamanan di Bandara Orly, Paris, Sabtu (18/3), berada dalam pengaruh narkotik dan alkohol.

"Tes toksikologi dilakukan pada hari Minggu menunjukkan level alkohol yang ada dalam darahnya sebesar 0,93 gram per liter. Ada pula pengaruh ganja dan kokain di dalamnya," kata sumber itu.

Diberitakan AFP, Senin (20/3), Ziyed Ben Belgacem, kelahiran Perancis-Tunisia, merebut senjata dari seorang tentara wanita di bandara tersibuk kedua di Perancis itu sebelum akhirnya tewas di tembak mati oleh pasukan keamanan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia sempat menodongkan senjata ke arah tentara wanita itu dan mengatakan ingin "mati untuk Allah".
Tak berselang lama, sekitar pukul 08.25 waktu setempat, Belgacem tewas ditembak seorang pasukan keamanan.

Sebelum melakukan aksinya di Bandara, Belgacem juga dilaporkan sempat menembak polisi di Garges-les-Gonesse, pinggiran utara Paris, usai menghabiskan malamnya di sebuah bar bersama sepupunya.

Penyelidik hingga kini masih berusaha memahami motif serangan Belgacem.

Tim investigasi menyebut, Belgacem membawa sekaleng bensin, butir peluru, uang senilai US$805, salinan Al-Quran, dan sebungkus rokok dalam tas ransel yang dia bawa saat melakukan serangan.
Belgacem dilaporkan telah menjadi incaran polisi dan badan intelijen atas dugaan keterlibatannya pada kelompok radikal.

Pria berusia 39 tahun itu juga pernah dipenjara selama 5 tahun pada 2001 karena merampok senjata dan pada 2009 karena kedapatan menjual narkotik.

Francois Molins, seorang jaksa Paris, menyebut Belgacem didoktrin menjadi radikal selama dirinya mendekam di penjara.

Di sisi lain, ayah Belgacem berkeras mengatakan anak laki-lakinya itu bukan lah seorang teroris.
"Anak saya bukan teroris. Dia tidak pernah salat dan berdoa. Dia hanya seorang pemabuk," katanya.

Polisi akhirnya membebaskan ayah Belgacem bersama saudara dan sepupunya usai diperiksa.

Perancis berada dalam siaga tinggi keamanan setelah serangkaian serangan teror selama dua tahun belakangan.

Salah satunya yakni serangan di kantor Charlie Hebdo, serangan penembakan pada November 2015 yang menewaskan 130 orang, serta serangan truk di Nice pada Juli 2016 yang menewaskan lebih dari 80 orang.

Akibat rentetan aksi teror ini, Perancis menyatakan status darurat yang setidaknya berlaku hingga akhir Juli 2017.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER