Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) James Comey dan Kepala Badan Keamanan Nasional (NSA) Mike Rogers akan memberikan kesaksian seputar klaim Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang merasa disadap oleh pendahulunya, Barack Obama, dalam sidang umum komite intelijen Dewan Perwakilan di Kongres pada awal pekan ini.
Kesaksian Comey dan Rogers nanti merupakan pengakuan publik pertama mengenai isu penyadapan yang selama ini telah memicu perpecahan politik di Amerika.
Tudingan Trump pertama kali dilontarkan melalui Twitter pada Sabtu (4/3). Sejak itu, dia menekan komite intelijen Kongres untuk menyelidiki dugaan tersebut sebagai bagian dari perluasan investigasi intervensi Rusia dalam pemilu AS November lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, sejauh ini, Kepala Komite Intelijen Dewan Perwakilan Devin Nunes mengaku tak melihat bukti apapun mengenai tudingan Trump kepada Obama tersebut.
"Apakah ada penyadapan fisik pada Trump Tower? Tidak, tidak pernah ada. Informasi yang kami dapatkan hingga Jumat kemarin belum ada yang menunjukkan ke arah sana," kata Nunes menegaskan seperti dikutip
AFP, Senin (20/3).
Selain itu, sejumlah anggota Kongres juga merasa frustasi atas minimnya kerja sama dan koordinasi FBI mengenai penyelidikan tudingan Trump ini. Sebab, tak ada pengarahan khusus Kongres dari pemerintah mengenai klaim Presiden ke-45 itu.
Nama Trump dianggap menjadi taruhan dalam sidang nanti. Sebab, taipan
real estate itu dianggap melontarkan isu penyadapan Obama terhadap dirinya tanpa didukung bukti.
Tudingan ini kian diperparah ketika Gedung Putih menyeret badan intelijen Inggris yang dianggap turut membantu Obama melakukan penyadapan. Klaim tersebut jelas merenggangkan hubungan AS dengan sekutu terdekatnya di Eropa itu.
Sejumlah kritikus juga menganggap, klaim Trump sangat mengikis kredibilitas dan citra presiden AS di dalam dan luar Amerika. Tak hanya itu, sejumlah pihak bahkan menganggap tudingan ini bisa menjadi bumerang bagi konglomerat asal New York yang mendekat ke arah pemakzulan.
Di samping tudingan Trump, Comey dan Rogers juga akan bersaksi mengenai penyelidikan dugaan campur tangan Rusia selama kampanye pemilu AS 2016, yang selama ini memicu munculnya banyak spekulasi mengenai hubungan Trump dan Presiden Vladimir Putin.
Pada Januari lalu, komunitas intelijen, termasuk Badan Pusat Intelijen AS (CIA), menyimpulkan kemenangan Trump di pemilu melibatkan campur tangan Rusia.
Oknum peretas dilaporkan telah membantu Moskow masuk ke jaringan surat elektronik pejabat senior Partai Demokrat untuk membocorkan informasi jelek mengenai Hillary Clinton.
Semua itu dilakukan Rusia untuk membuat Trump memenangkan pemilu.
Trump dan Kremlin selama ini berkeras menampik tudingan peretasan ini. Sejauh ini, panel di Kongres juga tak menemukan bukti Trump berkolusi dengan Kremlin selama kampanye pemilu.
"Berdasarkan seluruh informasi yang saya dapat hingga pagi ini tidak ada bukti yang menujukan tim Trump bersekongkol dengan Moskow," kata Nunes.