Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Duta Besar Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Choe Myong-nam mengatakan, negaranya tidak takut akan ancaman perluasan sanksi finansial oleh Amerika Serikat, menegaskan bahwa Pyongyang akan terus melakukan percepatan pembangunan program nuklir dan rudalnya.
"Menanggapi kunjungan Menteri Luar Negeri AS ke Jepang, Korea Selatan, dan China ... Kami tentu tidak takut dengan tindakan mereka," kata Choe kepada
Reuters, Rabu (23/3).
"Kami meningkatkan kekuatan nuklir sebagai pusat penguatan kapabilitas pertahanan nasional. Larangan dan sanksi yang memblokir Korut dari transaksi internasional dan sistem keuangan global hanyalah bagian dari sistem mereka yang tidak akan berpengaruh dan membuat kami takut," kata Choe menambahkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Choe menuturkan, percepatan program nuklir dan rudalnya ini termasuk proyeksi pengembangan pertahanan menyerang pendahuluan dan rudal balistik antarbenua (ICBM)
Walau demikian, dia enggan membeberkan rincian teknis mengenai uji coba mesin roket terbarunya pada hari Minggu lalu, yang dianggap sebagai potensi kapabilitas ICBM parsial.
"Yang bisa saya sampaikan adalah bahwa ICBM akan diluncurkan kapan saja dan ke mana saja atas keputusan pemimpin tertinggi kami (Kim Jong-un)," tuturnya.
Pernyataan ini dilontarkannya menyusul kabar bahwa Washington sedang mempertimbangkan perluasan sanksi kepada Pyongyang untuk meredam ambisi nuklir dan rudalnya yang kian memprihatinkan.
Selama setengah abad, Korut dihadapkan pada sejumlah sanksi finansial dari PBB dan sejumlah negara lain secara unilateral. Namun, Choe menuturkan, negaranya tetap bisa bertahan dengan ideologi
juche atau berdikari.
Walaupun begitu, Choe menekankan bahwa pemerintahannya menginginkan dibentuk sebuah forum untuk memeriksa "legalitas dan legitimasi rezim sanksi" yang selama ini diterapkan kepada Pyongyang.
"Sanksi-sanksi itu keji dan tidak manusiawi," katanya.
[Gambas:Video CNN]Choe juga mencela latihan militer gabungan rutin yang selama ini dilakukan AS bersama Korea Selatan. Meski kedua negara berkeras latihan tersebut ditujukan untuk pertahanan defensif, Pyongyang tetap tak percaya.
Sebab, Choe mengatakan, kapal selam nuklir, Colombus, dan pesawat pengebom nuklir kerap ikut serta dalam latihan militer tersebut.
Dia mengatakan, latihan militer selama ini hanya memperjelas bahwa AS ingin menggunakan cara militer untuk menghadapi Korut.
"Di saat pasukan militer besar terlibat dalam suatu latihan bersama, kami tidak memiliki pilihan lain selain mempercepat pembangunan program nuklir dan rudal. Ini karena aksi bermusuhan yang terus ditunjukan AS dan Korsel," ujar Choe.