Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian London mengonfirmasi bahwa kedelapan orang yang mereka bekuk terkait insiden teror di depan Kompleks Parlemen Inggris, dicurigai sedang merencanakan serangan teror.
“Semua ditahan karena kecurigaan sedang mempersiapkan serangan teror,” demikian pernyataan resmi Kepolisian Metropolitan London, sebagaimana dilansir dalam
situs resmi mereka, Kamis (23/3).
Menurut kepolisian, kedelapan orang tersebut terdiri dari lima pria dan tiga perempuan. Mereka ditahan di dua kawasan berbeda, yaitu Birmingham dan London timur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Detektif masih mencari sejumlah alamat lain terkait penyelidikan ini, yaitu satu di Carmarthenshire, tiga di Birmingham, dan satu di London timur,” tulis Kepolisian Metropolitan London.
Penyelidikan masih terus berlanjut. Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengonfirmasi bahwa pelaku serangan teror di London ini merupakan warga asli negaranya.
Meski tak membeberkan identitas sang pelaku, May menegaskan pria tersebut pernah menjadi subjek penyelidikan polisi MI5 terkait kekerasan ekstremisme.
Dia juga menuturkan, pelaku adalah sosok terpinggirkan yang selama ini tidak pernah menjadi incaran intelijen pemerintah. Kepolisian juga tidak mendapat informasi intelijen apapun mengenai rencana teror ini.
"Dia adalah sosok perifer. Kasus ini bersejarah. Dia bukan bagian dari gambaran intelijen saat ini. Tidak ada informasi intelijen yang didapat mengenai rencana aksi teror ini," katanya.
Pelaku tersebut mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi melalui Jembatan Westminster, menabrak pejalan kaki, serta melukai setidaknya tiga petugas kepolisian yang sedang berada di lokasi.
Dia kemudian menabrakkan mobilnya ke pagar pembatas. Dia bergegas turun dari mobil dan berusaha mendekati gedung parlemen, kemudian menikam seorang petugas keamanan sebelum akhirnya ditembak mati oleh polisi.
Akibat insiden ini, empat nyawa melayang, sementara sekitar 40 orang lainnya terluka, termasuk 11 warga Inggris, empat warga Korea Selatan, tiga warga Perancis, dua warga Rumania, dua warga Yunani, seorang warga Amerika Serikat, Jerman, dan Italia.