Jakarta, CNN Indonesia -- Aparat Turki menahan 18 orang yang mencoba masuk secara ilegal dari Suriah, termasuk seorang warga Chechnya yang diduga berencana meluncurkan serangan di negara itu.
Pasukan keamanan menemukan 1,5 kilogram bahan peledak dan dua granat di dalam tas pria Chechnya tersebut.
Chechnya merupakan sebuah republik di bawah konstituen Rusia, yang memiliki banyak anggota separatis anti-Kremlin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekitar 5.000-7.000 orang yang berasal dari Rusia dan negara bekas Soviet lain, termasuk Chechnya, dilaporkan telah bertolak ke Suriah dan Irak untuk berbaiat pada ISIS.
Hal ini diperburuk dengan kemunduran ISIS yang belakangan terus ditekan serangan koalisi Suriah dan Amerika Serikat di Timur Tengah.
Di tengah kekalahan ISIS, sejumlah pejuang kelompok pimpinan Abu Bakr al-Baghdadi itu diindikasikan mencoba kembali ke Rusia dan negara-negara lain tempat mereka berasal.
Fenomena ini meningkatkan kekhawatiran pemerintah Rusia akan ancaman keamanan dan penyebaran ajaran radikalisme di negaranya.
Penangkapan ini terjadi tak lama setelah sebuah bom meledak di gerbong kereta di stasiun Sennaya Ploshchad, Saint Petersburg, Senin (3/4) sore.
Hingga kini, korban tewas dalam serangan yang dianggap Presiden Vladimir Putin sebagai "tindakan kriminal teroris" itu telah memakan korban setidaknya 14 jiwa.
Hingga kini, belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini. Meski belum jelas, ada dua kelompok yang dianggap sejumlah pengamat memiliki kapabilitas melakukan serangan tersebut, yaitu kelompok separatis Chechnya atau ISIS.