Dokter Lintas Batas: Dua Gas Beracun Digunakan di Suriah

CNN Indonesia
Kamis, 06 Apr 2017 12:55 WIB
Dokter Lintas Batas mengungkapkan korban serangan kimia di Idlib diduga kuat terekspos dua macam gas beracun, sarin dan klorin.
Suriah kembali diguncang serangan kimia. Diduga kuat senjata kimia yang digunakan adalah sarin dan klorin. (REUTERS/Ammar Abdullah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Organisasi Dokter Lintas Batas mengungkapkan bahwa korban serangan kimia di kawasan Khan Sheikhoun, Suriah, diduga terekspos dua macam gas beracun, yakni gas saraf dan gas klorin. Mereka juga menyebut serangan kimia itu sebagai yang terparah dalam sejarah perang Suriah.

Setidaknya 52 orang dewasa dan 20 anak-anak terbunuh dalam serangan di Provinsi Idlib, Selasa (4/4) lalu.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengecam hal tersebut. “Kejahatan perang sedang terjadi di Suriah dan hukum kemanusiaan internasional terlalu sering dilanggar,” ungkapnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun, korban serangan kimia tersebut terus bertambah sehingga rumah sakit kewalahan. Tidak hanya itu, rumah sakit di dekat lokasi serangan juga hancur karena serangan udara, membuat pihak medis kesulitan membantu para korban.


Mouin Abed al-Menem, salah seorang dokter yang membantu para korban langsung menduga mereka diserang gas beracun.

“Dari korban yang tewas, termasuk anak-anak, tidak ada luka yang terlihat. Itu berarti mereka tewas seketika oleh gas beracun,” ujar al-Menem, dilansir Independent.

Sementara saksi mata dari sukarelawan White Helmets yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan dia terbangun saat serangan terjadi dini hari dan menemukan koleganya kesulitan bernapas karena gas.

“Ada banyak orang yang gemetar, tercekik dan kesulitan bernapas, ada busa di mulut mereka,” kata dia.

Dokter Lintas Batas mengungkapkan, banyak korban tewas di Khan Sheikhoun memiliki gejala terkena serangan gas beracun, sarin.

Sarin sendiri merupakan gas saraf yang tak beraroma dan tak berwarna dan menyebabkan kejang-kejang, kesulitan bernapas, muntah, pupil mata melebar, muntah darah, serta mulut berbusa. Gas ini sangat mematikan jika terhirup dalam jumlah banyak.


Di lokasi, Dokter Lintas Batas melaporkan aroma pembersih yang kuat di beberapa rumah sakit, yang diduga akibat serangan gas klorin.

“Diduga kuat para korban terekspos setidaknya dua gas kimia berbeda,” tulis Dokter Lintas Batas dalam laporan mereka.

Kelompok pemberontak Suriah dan komunitas internasional menuding pemerintah Suriah atas serangan itu, kendati Damaskus dan sekutu mereka di Moskow telah membantah hal tersebut.

Di sisi lain, Presiden Suriah Bashar al-Assad telah menyerahkan lebih dari 1300 ton senjata kimia kepada Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) pada 2013 lalu, menyusul serangan gas sarin yang membunuh ratusan orang di Ghouta, wilayah pedesaan di Damaskus yang dikuasai pemberontak.

Penyelidikan yang dilakukan PBB tidak secara eksplisit menyebut nama pelaku, tetapi menyimpulkan bahwa senjata kimia yang digunakan cocok dengan cadangan senjata pemerintah Suriah. Laporan intelijen Perancis menemukan bahwa serangan Ghouta ‘hanya bisa dilakukan oleh pemerintah Suriah.’


Selain itu, Assad juga dituding masih menyimpan sebagian senjata kimia. Pasalnya, terdapat berbagai serangan senjata kimia usai penghancuran gudang senjata pemerintah Suriah oleh OPCW, kendati serangan itu diduga dilakukan oleh kelompok teror.

ISIS juga disebut pernah bertanggung jawab atas serangan senjata kimia ke warga sipil.

Dewan Keamanan PBB bertemu, Rabu (5/4) guna melakukan pembicaraan darurat atas situasi Suriah, dimana duta besar AS Nikki Haley menuduh Rusia menutup mata terhadap ‘kebiadaban’ serangan sebelumnya dan memveto resolusi pada akhir Februari yang akan memberlakukan sanksi terhadap mereka yang bertanggung jawab.
Di sisi lain, Duta Besar PBB wakil Rusia, Vladimir Safronkov, menentang rancangan resolusi dan mengatakan itu berdasarkan informasi dari kelompok yang ‘diragukan’.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER