Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Donald Trump menolak untuk mengakui apakah dirinya secara pribadi memerintahkan penggunaan bom terbesar militer AS di Afghanistan.
Pemerintah AS menjatuhkan bom tersebut GBU043/B MOAB pada Kamis waktu setempat (13/4). Senjata yang disebut 'induk segala bom' itu adalah bom terbesar non-nuklir yang dimiliki Paman Sam.
"Semua mengetahui betul apa yang terjadi. Jadi yang saya lakukan adalah memberi wewenang kepada militer," kata Trump ketika ditanya apakah dirinya memerintahkan serangan itu.
"Kami telah memberikan militer kewenangan penuh dan itu yang mereka lakukan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah sumber mengatakan kepada
CNN bahwa Jenderal John Nicholson, komandan pasukan AS di Afghanistan, menandatangani penggunaan bom itu.
Gedung Putih diberi tahu rencana pengeboman sebelum pesawat MC-130 menjatuhkan bahan peledak seberat nyaris 10 ribu kilogram itu.
Trump memberikan para komandan militer kewenangan yang lebih luas di sejumlah medan pertempuran di mana pasukan AS turut terlibat. Ini, menurut
Trump, adalah "perbedaan yang besar" dalam cara memerangi kelompok teror ISIS.
Meski enggan mengakui dirinya memerintahkan penggunaan bom itu, Trump dengan senang hati dikaitkan dengan pertunjukan kekuasaan yang tegas itu.
Trump memuji militernya atas tindakan tersebut sebagai "misi yang lagi-lagi berjalan sangat, sangat sukses."
Para sumber Mereka mengatakan sasaran yang diincar adalah terowongan dan anggota kelompok teror ISIS di distrik Achin, Nangarhar.
Pihak militer sedang meneliti sebesar apa dampak yang diakibatkan bom raksasa itu. Jenderal John Nicholson, komandan pasukan AS di Afghanistan, adalah orang yang menandatangani penggunaan senjata itu, kata para sumber.
Menurut sejumlah pejabat pemerintahan AS, ini adalah kali pertamanya MOAB digunakan di medan perang. Persenjataan ini dikembangkan pada masa perang Irak.