Jakarta, CNN Indonesia -- Angka kematian serdadu ISIS bertambah tiga kali lipat usai rudal balistik ‘induk segala bom’ dijatuhkan militer AS ke Afghanistan, Kamis (13/4) malam. Otoritas Afghanistan menyebut setidaknya 90 orang serdadu ISIS terbunuh akibat bom raksasa tersebut.
“Setidaknya 92 pejuang ISIS tewas akibat pemboman tersebut,” kata Gubernur Distrik Achin Esmail Shinwari kepada
AFP, Sabtu (15/4).
Sementara juru bicara Provinsi Nangarhar Attaullah Khogyani menyebut korban dari pihak ISIS mencapai 90 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, pada Jumat (14/4), otoritas Afghanistan menyebut bom itu menewaskan 36 orang.
Bom bernama GBU-43/B Massive Ordnance Air Blast, yang disebut ‘induk segala bom’ itu dilepaskan untuk pertama kalinya, guna memukul mundur pasukan ISIS di provinsi Nangarhar.
Pemboman itu mengejutkan dunia dan membuat AS mendapat banyak kecaman, karena dianggap menggunakan Afghanistan sebagai ladang eksperimen untuk uji senjata. Selain itu, srdadu ISIS di Nangarhar juga tidak dianggap sebagai ancaman besar dibandingkan Taliban.
Bom raksasa itu menghancurkan tempat persembunyian ISIS, berupa kompleks terowongan dan gua, yang berlokasi di pegunungan terpencil dan sulit dijangkau serangan darat konvensional.
Ledakan ‘induk segala bom’ itu menimbulkan getaran hebat, kobaran api dan membuat asap tebal membumbung tinggi ke udara.
Shinwari bersikukuh tidak ada korban dari pihak militer Afghanistan dan warga sipil.
Ahli keamanan menyebut bahwa ISIS telah membangun tempat persembunyian yang dekat dengan permukiman warga sipil, namun pemerintah mengatakan warga telah hijrah dari area tersebut karena tidak ingin terjebak dalam pertempuran.
Bom raksasa dilepaskan militer AS menyusul meningkatnya intensitas pertempuran antara pasukan keamanan Afghanistan yang didukung AS dengan paea pemberontak. Pertempuran itu menyebabkan seorang pasukan khusus AS terbunuh.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mendukung pemboman tersebut. Dia menyebut hal itu sebagai ‘bantuan AS bagi upaya pasukan keamanan nasional Afghanistan dalam membersihkan wilayah dari pemberontak’.
Tapi, beberapa pengamat menyebut serangan itu ‘tidak proporsional’
“Pemerintahan Trump memancing keributan dengan bom raksasa ini, tapi apa yang terjadi di lapangan tetap sama: Taliban akan terus merongrong pemerintah dan ISIS bukanlah ancaman besar,” ujar Michael Kugelman, dari Woodrow Wilson Center di Washington.
“Namun, dari sudut pandang strategis, ada hal meresahkan di sini, AS berusaha pamer kekuatan dengan serangan bom, tapi musuh yang dituju bahkan bukan merupakan ancaman bagi AS dan Taliban di Afghanistan tetap duduk cantik.”
ISIS yang terkenal karena aksi terornya di Suriah dan Irak, mulai memasuki Afghanistan dalam beberapa tahun terakhir dan merekrut anggota dari Pakistan, Taliban, dan Uzbekistan.
Tapi, kelompok militan itu terus kehilangan kekuatan di Afghanistan berkat tekanan dari serangan udara AS dan serbuan darat yang dipimpin pasukan Afghanistan.