Jakarta, CNN Indonesia -- Umat Kristen Koptik di Mesir terus mempersiapkan perayaan Paskah, kendati masih dirundung duka, usai serangan bom yang menghancurkan dua gereja di Alexandria dan Tanta, pekan lalu, saat perayaan Minggu Palma.
Kaum minoritas di Mesir itu akan menggelar misa Paskah, hari ini, Sabtu (15/4) dalam pengamanan ketat. Misa tersebut akan dikawal ratusan pasukan keamanan yang sebelumnya melakukan inspeksi menyeluruh di gereja dan katedral.
Otoritas Mesir juga telah mengumumkan kondisi darurat dan meminta pasukan keamanan untuk melindungi instalasi vital dari serangan bom bunuh diri militan ISIS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Keamanan semakin ketat karena situasi yang mengharuskan itu,” kata juru bicara Gereja Koptik Boulos Halim, dikutip
AFP.
Paskah, merupakan salah satu hari besar terpenting umat Kristen, selain Natal. Umat Kristen Koptik merayakan Paskah dengan berpuasa dari produk hewani selama 55 hari.
Adapun, misa Paskah Kristen Koptik akan dipimpin oleh Paus Koptik Tawadros II di Katedral Saint Mark di Kairo, sementara perayaan Paskah akan dilakukan seminimal mungkin.
“[Bom] di Tanta dan Alexandria mengejutkan seluruh Mesir,” ungkap Halim.
Dia menambahkan usia misa dan perayaan ritual Paskah di Minggu (16/4) pagi, umat Kristen Koptik akan melakukan silaturahmi dan mengunjungi keluarga korban ledakan, termasuk juga polisi yang terluka.
Pemboman yang terjadi pekan lalu itu merupakan yang terparah dari serangan sebelumnya terhadap umat Kristen Koptik, yang dianut sekitar 10 persen penduduk Mesir. Korban bom bunuh diri di Tanta dan Alexandria menewaskan sedikitnya 45 orang dan melukai ratusan lainnya.
Desember lalu, bom bunuh diri juga mengguncang gereja koptik di Kairo dan menewaskan 29 orang.
ISIS yang mengklaim ledakan beruntun itu, juga mengancam akan melakukan serangan lainnya saat Paskah, yang membuat warga ketakutan menjalankan ibadah.
Beberapa umat Kristen Koptik mengaku tidak aman jika menghadiri misa di luar Kairo.
“Saya tidak ingin keluarga saya pergi ke gereja di luar Kairo dengan alasan keamanan,” ujar John, salah satu penganut Kristen Koptik, dikutip AFP.
Sebelumnya, warga desa di selatan Kairo juga mengaku dihalangi beribadah saat Jumat Agung, sehingga polisi turun tangan.
Penganut Kristen Koptik di Koum el-Loufy diserang para jihadis saat mereka tengah berdoa di sebuah rumah kosong, karena umat Kristen dilarang membangun gereja di kawasan tersebut. Jihadis juga dilaporkan membakar empat rumah di desa itu.
“Ada kecenderungan bahwa umat Kristen Koptik terus ditekan, sayangnya negara hanya mencoba untuk menghentikan kekerasan yang terjadi tanpa berusaha memecahkan akar permasalahan,” ujar Ishak Ibrahim, peneliti di Egyptian Initiative for Personal Rights.