Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson menyebut negaranya bisa jadi mengikuti langkah Amerika Serikat dan mengirimkan serangan udara ke Suriah. Hal itu, sebut Johnson, guna menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad yang dia sebut ‘monster’.
Johnson mengatakan Inggris telah mendapat ‘bocoran’ sebelum Donald Trump meluncurkan rudal ke pangkalan militer yang diduga melancarkan serangan senjata kimia. Namun saat itu, Inggris memutuskan tidak mau campur tangan.
“Saya yakin, meski saya tekankan tidak ada keputusan yang diambil, bahwa jika ada permintaan serupa di masa depan dengan misi dan tujuan yang sama, maka akan sangat sulit bagi Inggris untuk berkata tidak,” kata Johnson, dikutip
Independent.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pangkalan militer Shayrat yang berlokasi di Homs, dibombardir 59 rudal Tomahawk yang ditembakkan dari kapal perang AS, pada 7 April lalu. Serangan itu menghancurkan sembilan pesawat dan sebagian infrastruktur pangkalan, termasuk tangki bahan bakar dan gudang senjata.
Inggris, menyambut baik serangan tersebut, begitu juga dengan negara Uni Eropa lainnya seperti Jerman dan Perancis. Namun, Partai Konservatif Inggris disebut terbelah atas tindakan yang harus diambil Inggris, terkait rezim Assad.
Mantan menteri luar negeri Alistair Burt meminta Johnson mengambil tindakan tegas soal Suriah, dan agar Inggris bertindak seperti David Cameron pada 2013 silam.
Cameron menyerukan aksi militer terhadap pemerintah Suriah setelah serangan sarin yang menewaskan ratusan warga sipil di pinggiran Damaskus, namun keputusan itu kalah tipis dari suara Majelis Rendah yang menolak adanya intervensi militer.
Parlemen kemudian menyetujui serangan udara terbatas melawan ISIS dan kelompok teroris lainnya di Suriah dan Irak, namun mereka khawatir operasi militer itu bisa jadi berbahaya, menyusul suspensi Rusia dari kesepakatan yang bertujuan menghindari konflik.
Pemerintah Inggris juga tidak menunjukkan tanda adanya intervensi anti-Assad, kendati dunia mengecam serangan senjata kimia ke Khan Sheikhun, awal bulan ini.
“Kami yakin bahwa dua pesawat Sukhoi-22 terbang dari Shayrat dimana senjata kimia itu disimpan,” kata Johnson di hadapan parlemen, Selasa (18/4).
“Kami tahu dari pecahan peluru di kawah [lokasi serangan] bahwa tidak hanya sarin telah digunakan, tapi sarin yang secara spesifik digunakan oleh rezim Assad.”
Pemerintah Suriah dan Rusia membantah hal tersebut. Mereka menyebut Suriah tidak lagi menggunakan senjata kimia. Namun, analis dan dokter di lokasi serangan mengatakan mereka menemukan bukti penggunaan gas saraf.
“Hanya ada satu kesimpulan, bahwa rezim Assad membantai rakyatnya sendiri. Dia melanggar hukum internasional dan peraturan perang,” kata Johnson.
Dia juga menyebut tidak ada masa depan bagi Suriah jika Assad terus berkuasa.
“Yang paling penting adalah mengambil langkah politis guna menyelamatkan negara dengan memenggal sang monster,” kata Johnson.