
Ubah Haluan Kapal Perang, AS Berupaya Redam Konflik Korut
Lesthia Kertopati, CNN Indonesia | Kamis, 20/04/2017 08:23 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintahan Donald Trump berupaya meredam suasana yang semakin meruncing di Semenanjung Korea dengan mengatakan kapal perangnya, sebenarnya menuju Australia untuk melakukan latihan militer bersama.
Sebelumnya, Presiden Trump menyebut bahwa kapal perang AS tengah berlayar menuju ‘utara’ dari Singapura. Hal itu, ujar Trump, dilakukan guna menggertak Pyongyang agar menghentikan ujicoba nuklir, yang akan mereka lakukan untuk ke-enam kalinya.
Keberadaan kapal perang AS yang tidak jauh dari pesisir Korea Utara membuat Kim Jong-Un berang. Dia menyebut negaranya siap berperang, bahkan tanpa ragu melakukan uji rudal usai perayaan hari besar dan menggelar parade militer yang memamerkan ragam senjata baru, termasuk misil balistik bawah air dan rudal antar benua.
“Kami telah mengirimkan armada perang. Mereka sangat kuat,” kata Presiden Trump, awal April, dikutip AFP.
Hal itu, ditambah pernyataan dari pejabat pemerintahan lainnya, termasuk Kepala Pentagon John Mattis, menimbulkan implikasi internasional bahwa AS siap melakukan intervensi militer ke Semenanjung Korea.
Namun, Angkatan Laut AS menyatakan pada Rabu (19/4) bahwa kapal perang mereka sebenarnya tidak menuju Korea Utara, melainkan hendak mengarah ke Australia, guna melakukan latihan militer bersama angkatan laut Negeri Kanguru.
Pejabat dari Kementerian Pertahanan pun menyebut USS Vinson tidak mungkin berada dekat Korea Utara hingga minggu depan.
Di sisi lain, Juru Bicara Gedung Putih Sean Spicer menyebut bahwa kapal perang AS memang menuju Korea Utara.
“Presiden mengatakan kita mengirimkan armada ke Semenanjung Korea. Armada itu sedang menuju ke sana,” kata Spicer, Rabu (19/4).
Mattis, yang sedang berada di Arab Saudi, juga mengonfirmasi bahwa USS Vinson akan segera tiba di Semenanjung Korea.
“Kami tidak begitu saja menginformasikan agenda armada, tapi saya juga tidak ingin main-main dan sembarangan mengubah jadwal,” kata dia.
“USS Vinson akan menuju Semenanjung Korea dan saya akan memastikan bahwa USS Vinson akan menjadi bagian dari pertahanan negara sekutu kami di Laut Pasifik.”
Pernyataan yang kontras itu membuat analis dan kritikus mengecam pemerintahan Trump atas miskomunikasi yang berbahaya. Mereka menyebut itu menciptakan persepsi bahwa AS hanya sekedar membual dan tidak akan melakukan ancaman.
Di sisi lain James Faeh, mantan Direktur Jenderal Pentagon di Korea saat pemerintahan Obama, menyebut pengiriman USS Vinson bukanlah keputusan mendadak, apalagi mengingat AS telah menempatkan perangkat militer dan puluhan ribu tentara di kawasan itu untuk menghadang Pyongyang, jika perlu.
Faeh menambahkan miskomunikasi pemerintahan Trump terkait Korea Utara sangat berisiko dan memperuncing suasana. Tapi, dia juga menyebut pengiriman armada ke arah kawasan juga bukan merupakan ‘keputusan yang luar biasa’.
Korea Utara menggelar parade militer besar-besaran guna merayakan Hari Matahari dan kelahiran pendiri negara Kim Il Sung, 15 April. Mereka juga berencana melakukan ujicoba nuklir untuk ke-enam kalinya.
Tapi, ujicoba itu belum terlaksana. Alih-alih, Kim Jong-Un melakukan ujicoba rudal balistik yang meledak hanya beberapa saat setelah diluncurkan.
Sebelumnya, Presiden Trump menyebut bahwa kapal perang AS tengah berlayar menuju ‘utara’ dari Singapura. Hal itu, ujar Trump, dilakukan guna menggertak Pyongyang agar menghentikan ujicoba nuklir, yang akan mereka lakukan untuk ke-enam kalinya.
Keberadaan kapal perang AS yang tidak jauh dari pesisir Korea Utara membuat Kim Jong-Un berang. Dia menyebut negaranya siap berperang, bahkan tanpa ragu melakukan uji rudal usai perayaan hari besar dan menggelar parade militer yang memamerkan ragam senjata baru, termasuk misil balistik bawah air dan rudal antar benua.
“Kami telah mengirimkan armada perang. Mereka sangat kuat,” kata Presiden Trump, awal April, dikutip AFP.
Hal itu, ditambah pernyataan dari pejabat pemerintahan lainnya, termasuk Kepala Pentagon John Mattis, menimbulkan implikasi internasional bahwa AS siap melakukan intervensi militer ke Semenanjung Korea.
Namun, Angkatan Laut AS menyatakan pada Rabu (19/4) bahwa kapal perang mereka sebenarnya tidak menuju Korea Utara, melainkan hendak mengarah ke Australia, guna melakukan latihan militer bersama angkatan laut Negeri Kanguru.
Pejabat dari Kementerian Pertahanan pun menyebut USS Vinson tidak mungkin berada dekat Korea Utara hingga minggu depan.
Di sisi lain, Juru Bicara Gedung Putih Sean Spicer menyebut bahwa kapal perang AS memang menuju Korea Utara.
“Presiden mengatakan kita mengirimkan armada ke Semenanjung Korea. Armada itu sedang menuju ke sana,” kata Spicer, Rabu (19/4).
Mattis, yang sedang berada di Arab Saudi, juga mengonfirmasi bahwa USS Vinson akan segera tiba di Semenanjung Korea.
“Kami tidak begitu saja menginformasikan agenda armada, tapi saya juga tidak ingin main-main dan sembarangan mengubah jadwal,” kata dia.
“USS Vinson akan menuju Semenanjung Korea dan saya akan memastikan bahwa USS Vinson akan menjadi bagian dari pertahanan negara sekutu kami di Laut Pasifik.”
Pernyataan yang kontras itu membuat analis dan kritikus mengecam pemerintahan Trump atas miskomunikasi yang berbahaya. Mereka menyebut itu menciptakan persepsi bahwa AS hanya sekedar membual dan tidak akan melakukan ancaman.
Di sisi lain James Faeh, mantan Direktur Jenderal Pentagon di Korea saat pemerintahan Obama, menyebut pengiriman USS Vinson bukanlah keputusan mendadak, apalagi mengingat AS telah menempatkan perangkat militer dan puluhan ribu tentara di kawasan itu untuk menghadang Pyongyang, jika perlu.
Faeh menambahkan miskomunikasi pemerintahan Trump terkait Korea Utara sangat berisiko dan memperuncing suasana. Tapi, dia juga menyebut pengiriman armada ke arah kawasan juga bukan merupakan ‘keputusan yang luar biasa’.
Korea Utara menggelar parade militer besar-besaran guna merayakan Hari Matahari dan kelahiran pendiri negara Kim Il Sung, 15 April. Mereka juga berencana melakukan ujicoba nuklir untuk ke-enam kalinya.
Tapi, ujicoba itu belum terlaksana. Alih-alih, Kim Jong-Un melakukan ujicoba rudal balistik yang meledak hanya beberapa saat setelah diluncurkan.
ARTIKEL TERKAIT

Demo Akbar di Venezuela, Warga Sipil Kembali Terbunuh
Internasional 2 tahun yang lalu
Menlu Retno Marsudi Sambut Kedatangan Wapres AS di Jakarta
Internasional 2 tahun yang lalu
Ikuti AS, Inggris Sebut Akan Kirim Serangan Udara ke Suriah
Internasional 2 tahun yang lalu
Pria AS Pelaku Siarkan Langsung Pembunuhan, Tewas Bunuh Diri
Internasional 2 tahun yang lalu
Rakyat Gelar Demo Akbar, Tentara Venezuela Siap 'Perang'
Internasional 2 tahun yang lalu
Perayaan Kemenangan Referendum Erdogan
Internasional 2 tahun yang lalu
BACA JUGA

Ozil dan Masalah Muslim Uighur Jelang Arsenal vs Man City
Olahraga • 15 December 2019 12:57
FOTO: Keseruan JKT48 hingga NCT Dream di HUT 18 Transmedia
Hiburan • 15 December 2019 12:37
Tips Hindari Penipuan Belanja Online Jelang Akhir Tahun
Teknologi • 15 December 2019 12:47
Terjangkit Demam Lagu Lawas dalam Wabah Karaoke Massal
Hiburan • 15 December 2019 12:43
TERPOPULER

VIDEO: Trump Segera Tarik Pasukan AS dari Afghanistan
Internasional • 1 jam yang lalu
Mantan Presiden Sudan Divonis Dua Tahun Tahanan
Internasional 1 jam yang lalu
VIDEO: Korea Utara Uji Coba Nuklir di Sohae
Internasional 18 jam yang lalu