Hollande Imbau Warga Perancis Pilih Macron Ketimbang Le Pen

CNN Indonesia
Selasa, 25 Apr 2017 02:40 WIB
Presiden Perancis Francois Hollande yang berasal dari Partai Sosialis menyebut kandidat dari ekstrem kanan, Le Pen, sebagai ancaman bagi kesatuan negara.
Presiden Perancis Francois Hollande mendukung calon presiden Emmanuel Macron. (REUTERS/Etienne Laurent)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Perancis yang akan habis masa jabatannya Francois Hollande pada Senin (24/4) mendesak warganya untuk memilih calon presiden Emmanuel Macron ketimbang Marine Le Pen, calon berhaluan ekstrem kanan dari Partai Front Nasional (FN).

Macron yang menyebut dirinya sebagai liberalis akan berhadapan dengan Le Pen pada Mei mendatang setelah keduanya memastikan melaju ke putaran kedua.

Pada putaran pertama Macron dan Le Pen masing-masing mendapatkan 23,75 persen dan 21,53 persen. Sedangkan dua kandidat lain yaitu Francois Fillon dan Jean-Luc Melenchon tersingkir dengan hanya meraih 19,91 persen dan 19,64 persen.
Dalam jajak pendapat terbaru, Macron yang disebut ramah bisnis diprediksi akan meraih 61 persen suara setelah Fillon dan Melenchon berjanji akan melimpahkan dukungan kepadanya demi menjegal Le Pen yang dikenal antiuni Eropa dan anti-imigran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hollande sendiri menyebut keberhasilan Le Pen masuk ke putaran kedua sebagai sesuatu yang membahayakan bagi Perancis. Ia menilai program kebijakan yang ditawarkan Le Pen sarat stigmatisasi dan berpotensi memecah belah rakyat Perancis.

"Kehadiran kelompok ekstrem kanan di putaran kedua beresiko bagi negara," kata Hollande. "Yang dipertaruhkan adalah kesatuan Perancis, keanggotaan Perancis di Uni Eropa dan peran Perancis di dunia."

Adu Program

Le Pen telah membuka front pertarungan di putaran kedua dengan kembali mengkampanyekan soal ancaman kelompok militan Islam. Ia mengklaim ada 230 militan Islam yang tinggal di Perancis sejak 2015. Ia menyebut rivalnya, Macron yang berusia 39 tahun, lemah dalam menyikapi isu tersebut.

Terkait dengan perbatasan, Le Pen berjanji akan menangguhkan perjanjian Uni Eropa soal pembukaan perbatasan dan akan mengusir orang asing yang masuk daftar badan intelijen.

Macron mengandalkan program keamanan dalam negeri berupa penambahan jumlah aparat kepolisian hingga 10.000 personel dan membangun 15.000 penjara baru. Ia juga merekrut sejumlah pakar keamanan di dalam tim pemenangannya.

Meski demikian, jajak pendapat selama kampanye menyatakan bahwa warga Perancis lebih memperhatikan persoalan ekonomi dan kepercayaan terhadap politikus.
Analis mengatakan Le Pen punya kesempatan untuk berbalik unggul jika mampu menggambarkan Macron sebagai bagian dari kelompok elit yang menjadi akar masalah perekonomian.

Macron sebelumnya adalah seorang bankir dan pernah menjabat sebagai Menteri Ekonomi di bawah Hollande, tiga tahun lalu. Dia mengeluarkan kebijakan deregulasi yang tidak populer.

Hal itu disebut menjadi titik lemah Macron. Fron Nasional telah memanfaatkannya lewat pernyataan yang mengkritik kebijakan Macron saat menjabat sebagai Menteri Ekonomi.

"Emmanuel bukan seorang patriot, dia menjual perusahaan nasional. Dia mengkritik budaya Prancis," Florian Philippot, wakil pemimpin Front Nasional Le Pen, mengatakan kepada BFM TV.

Philippot dalam kesempatan itu juga menyebut Macron "sombong" dan mengatakan bahwa pidato kemenangannya pada hari Minggu telah menghina orang-orang Prancis.

Dalam pidato tersebut, Macron memang sempat menyindir kelompok nasionalis pendukung Le Pen dengan mengatakan bahwa dirinya ingin menjadi seorang (presiden) patriot untuk menghadapi ancaman kelompok nasionalis.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER