Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Kemlu RI Lalu Muhammad Iqbal mengatakan, kondisi tujuh warga Indonesia yang masih disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina bagian selatan dalam keadaan baik, meski militer terus menggempur anggota militan di wilayah itu.
Iqbal menuturkan, sampai saat ini pemerintah RI terus berkoordinasi dengan otoritas Filipina mengupayakan pembebasan ketujuh WNI tersebut.
"Sejauh ini tujuh sandera dalam keadaan baik. Komunikasi dan upaya pembebasan terus berlangsung," tutur Iqbal melalui pesan singkat yang diterima
CNNIndonesia.com pada Rabu (24/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuh WNI tersebut diculik kelompok militan pimpinan Isnilon Hapilon dalam rentang waktu yang berbeda sekitar akhir 2016 lalu.
Jumlah ini banyak berkurang jika dibandingkan pada awal hingga pertengahan 2016, ketika Abu Sayyaf tengah gencar-gencarnya membajak kapal ikan asing di perairan selatan Filipina dan menculik para anak buah kapal, termasuk belasan nelayan asal Indonesia.
Abu Sayyaf dan Maute merupakan kelompok militan yang berbasis di Filipina bagian selatan. keduanya mengklaim telah berbaiat kepada ISIS dan menjadi salah satu ancaman keamanan Filipina selama ini.
Kementerian Luar Negeri AS bahkan menawarkan imbalan hingga US$5 juta bagi yang sanggup menangkap Hapilon.
Duterte juga pernah mempertimbangkan untuk mempersenjatai warga sipil di wilayah Bohol, membantu pemerintah memburu militan-militan tersebut dan mencegah ekstremis dan radikalisme menyebar di negaranya.
Eks Wali Kota Davao ini juga berulang kali memperingatkan bahwa Mindanao beresiko besar "terkontaminasi" pejuang ISIS, meskipun militer berkeras bahwa ISIS tidak ada di Filipina.
Menanggapi status darurat militer yang baru dicanangkan Filipina di Pulau Mindanao pada Selasa (23/5) kemarin, Iqbal berharap situasi ini tak akan mempengaruhi kondisi para sandera WNI.
Darurat militer di kawasan Mindanao terpaksa diumumkan oleh Presiden Rodrigo Duterte menyusul bentrokan militer dan militan Maute di Marawi yang menewaskan tiga pasukan keamanan dan melukai belasan lainnya.
"Kami berharap status
martial law ini tak mempengaruhi kondisi para WNI yang menjadi sandera," ujar Iqbal.