Jakarta, CNN Indonesia -- Pemberontak yang terkait dengan kelompok teror ISIS merebut sejumlah permukiman di Marawi, kota yang berada di bagian selatan Filipina.
Pasukan pemerintah pun masih kesulitan menyingkirkan mereka, bahkan setelah enam hari.
Angkatan Bersenjata Filipina menyatakan setidaknya 61 militan dan 17 pasukan keamanan tewas dalam pertempuran. Sementara korban dari warga sipil mencapai 19 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puluhan ribu warga kota berpopulasi 200 ribu orang itu telah mengungsi ke daerah-daerah di sekitarnya.
Bagaimana awalnya?Masalah ini bermula ketika pasukan pemerintah Filipina gagal menangkap Isnilon Hapilon, tokoh pemimpin ISIS di Asia Tenggara.
Hapilon adalah salah satu buron paling dicari Biro Investigasi Federal Amerika Serikat. FBI menjanjikan imbalan sebesar US$5 juta bagi pihak yang berhasil menangkapnya.
Menyusul upaya penggerebekan yang gagal itu, para militan di sekitar Hapilon mengamuk. Mereka membajak rumah sakit, sekolah dan membebaskan puluhan narapidana dari penjara.
Sebagai respons, Presiden Rodrigo Duterte menetapkan darurat militer di seluruh Mindanao, provinsi tempat Marawi berada.
Siapa pelakunya?Kelompok yang mengamuk tersebut berasal dari kelompok Maute. Nama kelompok itu diambil dari dua bersaudara, Omar dan Abdullah Maute.
Sebelumnya, Hapilon memimpin Abu Sayyaf, kelompok radikal lain yang berkaitan dengan Al-Qaidah. Kelompok tersebut dikenal sadis karena kerap melakukan pengeboman dan memenggal para sanderanya.
Militer Filipina menyebut Hapilon telah bergabung dengan Maute. Kelompok yang semula merupakan geng kriminal ini belakangan menyatakan berbaiat kepada ISIS.
Kelompok Maute diyakini bertanggung jawab atas serangan bom mematikan di Davao, tahun lalu. Belum lagi, media propaganda ISIS, Amaq, mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Marawi.
Rencana pemerintah?Presiden Rodrigo Duterte mengakhiri dengan singkat kunjungannya ke Rusia saat pertempuran itu pecah. Dia pun memberikan dukungan kuat terhadap militer.
"Jika ada penentangan terbuka, kamu akan mati," kata Duterte. "Dan jika itu artinya banyak orang akan mati, biar saja."
Duterte selama ini telah dikenal karena pertumpahan darah akibat perangnya melawan narkotik. Ribuan orang yang diduga terkait dengan peredaran barang terlarang itu tewas tanpa proses peradilan.
Dia secara terbuka meminta warganya untuk membunuh para pecandu dan menyatakan tidak akan menuntut polisi atas pembunuhan di luar hukum itu. Masyarakat internasional pun mengecam.
Soal Marawi, pernyataan Duterte sama kerasnya.
Apa selanjutnya?Bahkan, dia memastikan akan melindungi para tentara jika mereka melakukan pelanggaran dalam operasi, termasuk pemerkosaan.
"Untuk darurat militer dan konsekuensi darurat militer, saya sendiri yang akan bertanggung jawab. Lakukan saja pekerjaan Anda dan saya akan tangani yang lainnya," kata Duterte.
"Saya sendiri yang akan penjarakan Anda," kata Duterte, merujuk pada tentara yang melakukan pelanggaran. Lalu dia bercanda, "Jika Anda memperkosa tiga orang, saya akui, itu tanggung jawab saya."
Duterte juga meminta kelompok pemberontak lain di Mindanao, termasuk dua faksi separatis Muslim dan Maois, untuk ikut bertempur melawan Maute dengan imbalan bayaran dan sejumlah keuntungan lain.
Sejauh ini, masih belum ada respons dari ketiga kelompok tersebut.