Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian Filipina memasukkan nama tujuh warga negara Indonesia ke dalam daftar pencarian orang (DPO) karena diduga terlibat dalam bentrokan militer dengan Maute, kelompok militan yang berafiliasi dengan ISIS di Kota Marawi.
"Polisi Filipina merilis ada 7 WNI diduga terlibat penyerangan di Marawi," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Martinus Sitompul, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (30/5).
Martinus kemudian menjabarkan bahwa ketujuh orang tersebut terdiri dari Al Ikhwan Yushel, Yayat Hidayat Tarli, Anggara Suprayogi, Yoki Pratama Windyarto, Moch. Jaelani Firdaus, Muhamad Gufron, dan Muhammad Ilham Syahputra.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Martinus, sebelumnya juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP), Restituto Padilla, mengatakan bahwa Muhammad Ilham Syahputra sudah tewas. Namun, hingga kini jasadnya belum ditemukan.
"Satu orang diduga meninggal dunia. Enam orang masih perlu ditelusuri lebih lanjut," ucap Martinus.
Ia mengatakan, ketujuh orang tersebut masuk ke Filipina sejak November 2016 hingga April lalu. Namun kini, kepolisian belum mengetahui keberadaan pasti mereka.
Untuk membantu perburuan ketujuh WNI tersebut, kepolisian mengunggah foto wajah terduga teroris itu melalui berbagai jejaring sosial, termasuk Facebook dan Instagram.
"Bagi mitra humas yang pernah melihat, mengenal, dan mengetahui tentang orang dibawah ini harap melapor ke pos polisi/kantor polisi terdekat atau bisa menghubungi nomor yang berada di gambar berikut," tulis Divisi Humas Polri.
Bentrokan ini pecah pada pekan lalu, ketika militer Filipina melancarkan operasi untuk menangkap pemimpin kelompok Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon.
Setelah Presiden Rodrigo Duterte mendeklarasikan darurat militer di Mindanao, bentrokan semakin sengit hingga menewaskan 61 militan Maute, 20 personel militer pemerintah, dan 19 warga sipil.