Jakarta, CNN Indonesia -- Aksi teror yang terjadi di London Bridge pada Sabtu (3/6) lalu mendapat kecaman banyak pihak. Kecaman tak hanya datang dari pemimpin-pemimpin negara, tapi juga datang dari umat Muslim di Inggris Raya.
Ketua Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Nahdlatul Ulama (NU) di Inggris Raya Ahmad Ataka mengungkapkan bahwa aksi teror tersebut termasuk ke dalam dosa besar. Apalagi teror ini sampai menewaskan tujuh orang.
"Serangan terhadap warga sipil, terutama di bulan Ramadan, bukan hanya tidak sesuai dengan nilai Islam tapi juga termasuk dosa besar," kata Ataka dalam pernyataannya yang diterima CNNIndonesia.com pada Senin (5/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ataka juga menambahkan, teror tersebut juga menjadi tindakan justifikasi Islamophobia yang menyasar kaum Muslim di wilayah Barat dan khususnya London.
Bukan hanya itu, Mantan Wakil Ketua Tanfidziyah PCI NU Inggris Raya Didiek Wiyono mengungkapkan bahwa dengan teror yang terjadi di London dan juga tindak kriminal Islamophobia yang meningkat, Islam justru menjadi korban.
"Mungkinkah tindakan yang merugikan umat Islam dan merusak citra Islam itu dilakukan oleh oknum yang jernih pemahaman agamanya?" ucap dia.
Menurut data kepolisian London, selama beberapa tahun belakangan, terjadi peningkatan insiden dan tindak kriminal Islamophobia sebanyak 69,64 persen (2015) dan meningkat sebanyak 16,84 persen di tahun 2016.
Akibat teror di London Bridge tersebut, aktivitas warga Inggris sempat lumpuh. Jalur bus dan kereta di pusat kota London terganggu. Namun saat ini, warga sudah kembali beraktivitas seperti biasa.
Bahkan area wisata di sekitar London Bridge, Tower Bridge dan Tower of London sudah kembali dipadati wisatawan asing yang berlibur di London.
Meski demikian, polisi masih melakukan serangkaian investigasi dan identifikasi terhadap tiga pelaku teror yang sudah ditembak mati. Polisi bahkan sudah mengantongi dua dari tiga nama pelaku teror London Bridge, mereka adalah Khuram Shazad Butt dan Rachid Redouane.