Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Filipina untuk sementara menghentikan keberangkatan warganya yang hendak bekerja di Qatar. Langkah ini dilakukan dengan alasan kemungkinan "efek riak" dan "rumor liar" dari keputusan sejumlah negara Arab memutus hubungan diplomatik dengan Doha.
Menteri Tenaga Kerja Silvestre Bello mengatakan larangan itu akan diberlakukan hingga pemerintah selesai melakukan pemantauan.
"Saya sementara menghentikan pengiriman tenaga kerja luar negeri kami di Qatar. Hal ini dilakukan agar kami bisa meninjau situasi karena banyak sekali rumor liar yang beredar, menyebut keadaan di sana tidak baik," kata Bello dalam pernyataan yang dikutip
Reuters, Selasa (6/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab dan Bahrain memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar secara terkoordinasi. Keempat negara itu menuding Doha mendukung militan Islamis dan Iran.
Lebih dari dua juta orang dari Filipina bekerja di Timur Tengah sebagai pembantu rumah tangga, pekerja bangunan, insinyur dan perawat. Qatar sendiri menjadi rumah bagi 250 ribu pekerja, sementara di Arab Saudi ada hampir sejuta tenaga asal Filipina.
Warga Filipina yang bekerja di Timur Tengah bisa mengirimkan $7,6 miliar ke negara asalnya, membuat kawasan itu menjadi sumber pertukaran mata uang asing besar yang membantu salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di Asia itu.
Juru bicara Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan pemerintah khawatir soal kemungkinan "efek riak" dari perseteruan Arab-Qatar pada para pekerjanya di luar negeri.
"Badan-badan pemerintah terkait sedang meneliti masalah ini dan akan menambah bantuan serta dukungan bagi para pekerja Filipina di luar negeri yang mungkin terpengaruh oleh langkah-langkah tersebut," kata Ernesto Arbella.
Filipina adalah salah satu dari penerima devisa terbesar di dunia. Sepanjang 2017, bank sentral memperkirakan pertumbuhan 4 persen dari tahun lalu yang mencapai $26,9 miliar atau setara dengan 10 persen produk domestik bruto negara tersebut.