Jakarta, CNN Indonesia -- Tentara Suriah mengumumkan gencatan senjata selama 48 jam di kota Daraa yang berlaku sejak Sabtu siang (17/6) waktu setempat. Hal itu dilakukan sebagai upaya rekonsiliasi pasca pertempuran sengit.
Dalam sebuah pernyataan, komando militer Suriah mengatakan bahwa gencatan senjata tersebut mulai berlaku sejak Sabtu hingga Senin besok. Dilansir AFP, Daraa termasuk dalam wilayah yang ada dalam rencana ‘zona deeskalasi’ dan telah disepakati oleh pendukung rezim Suriah, Rusia dan Iran serta pendukung pemberontak, Turki pada awal tahun ini.
Namun, beberapa pekan terakhir telah terjadi bentrokan besar di kota Daraa dan sekitarnya, menjebak warga sipil dalam pertempuran dan pemboman. Pemberontak disebut menguasai sekitar 60 persen kota Daraa, dan provinsi secara keseluruhan merupakan salah satu benteng terakhir pasukan oposisi itu di Suriah.
Adanya pengumuman gencatan senjata ini sendiri disambut baik Departemen Luar Negeri AS..
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami menyambut baik inisiatif untuk mengurangi ketegangan dan kekerasan di Suriah selatan. Ini mendesak Damaskus untuk memenuhi komitmennya atas inisiatif gencatan senjata ini,” ujar pernyataan Deplu AS, dilansir AFP.
"Oposisi juga harus menghentikan serangan untuk membiarkan gencatan senjata terus berlanjut, dan semoga diperpanjang,” tambah pernyataan tersebut.
Kendati demikian, tidak ada konfirmasi resmi bahwa oposisi setuju untuk melakukan gencatan senjata. Namun, berhentinya pertempuran setelah pengumuman tentara tersebut mengindikasikan bahwa permusuhan telah dihentikan di kedua belah pihak.
Pemerintah Suriah pun dilaporkan telah melakukan serangkaian kesepakatan "rekonsiliasi nasional" dengan pemberontak di berbagai belahan negara, termasuk baru-baru ini di dekat ibu kota.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, pemberontak yang menyerah umumnya menawarkan perjalanan aman ke wilayah yang dipegang oleh oposisi di tempat lain di negara ini.
Pihak oposisi mengkritik kesepakatan tersebut sebagai taktik “paksa atau menyerah", dengan mengatakan bahwa mereka dipaksa masuk ke dalam kesepakatan setelah pemboman rezim berat atau pengepungan.
Namun pemerintah telah memuji kesepakatan tersebut sebagai cara terbaik untuk mengakhiri perang enam tahun, yang telah menewaskan lebih dari 320 ribu orang sejak dimulai pada Maret 2011.