Jakarta, CNN Indonesia -- Angkatan Laut Amerika Serikat mengumumkan pada Senin (19/6) bahwa ketujuh pelaut yang hilang, ditemukan tewas, usai insiden tabrakan kapal perang USS Fitzgerald dengan kapal kontainer Filipina di Laut Jepang, di akhir pekan.
Ketujuh pelaut itu ditemukan dalam kompartemen penuh air di selatan Teluk Tokyo.
Angkatan Laut AS mengonfirmasi ketujuh identitas pelaut itu sebagai berikut: Dakota Kyle Rigsby, 19, dari Palmyra, Virginia; Shingo Alexander Douglass, 25, dari San Diego, California; Ngoc T Truong Huynh, 25, dari Oakville, Connecticut; Noe Hernandez, 26, dari Weslaco, Texas; Carlosvictor Ganzon Sibayan, 23, dari Chula Vista, California; Xavier Alec Martin, 24, dari Halethorpe, Maryland; serta Gary Leo Rehm Jr., 37, dari Elyria, Ohio.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian besar kru kapal USS Fitzgerald tengah tertidur saat insiden tabrakan terjadi, ujar Wakil Admiral Joseph P. Aucoin, Komandan Armada ketujuh angkatan laut AS, pada Minggu.
Aucoin menambahkan, ruangan yang banjir dan menenggelamkan penghuninya adalah dua kompartemen tidur, ruang radio dan ruang mesin cadangan.
Tabrakan itu merobek bagian bawah kapal, dan membuat kapal nyaris kandas. Selain itu bagian tengah kanan kapal perusak itu juga penyok yang membuat para pelaut kesulitan membawa USS Fitzgerald kembali ke pangkalan Yokosuka di selatan Tokyo.
“Kapal selamat kembali ke pangkalan,” kata Aucoin. Namun perbaikan kemungkinan akan memakan waktu berbulan-bulan. "Mudah-mudahan kurang dari setahun, USS Fitzgerald bisa kembali beroperasi,” tambah dia.
Saat ini investigasi gabungan antara AS dan Jepang tengah dilakukan guna mencari penyebab bagaimana kapal kontainer bisa menabrak kapal perang tersebut, saat cuaca sedang cerah.
Mengenai penyok besar di sisi kanan kapal yang bisa jadi mengindikasikan kesalahan USS Fitzgerald dalam insiden tersebut, dibantah Aucoin. Dia mengatakan tidak ingin berspekulasi soal penyebab tabrakan tersebut.
Adapun aturan maritim menyebutkan kapal harus memberi jalan pada kapal lain di sebelah kanan mereka.
Di sisi lain, otoritas Jepang melihat adanya kemungkinan “bahaya lalu lintas yang disebabkan oleh kelalaian profesional", namun tidak jelas apakah berlaku untuk salah satu atau kedua kapal tersebut.