Pendapatan ISIS Turun 80 Persen dalam Dua Tahun Terakhir

CNN Indonesia
Jumat, 30 Jun 2017 18:24 WIB
Turunnya pendapatan kelompok teroris tersebut terutama disebabkan hilangnya kekuasaan ISIS pada wilayah Mosul.
Tiga tahun sejak kelompok tersebut mendeklarasikan Negara Islam yang bergaya sendiri di Irak dan Suriah, ISIS mulai mengalami kehilangan pendapatan. (Reuters)
Jakarta, CNN Indonesia -- Analis IHS Markit memperkirakan pendapatan ISIS turun 80 persen selama dua tahun terakhir seiring hilangnya wilayah yang mengakibatkan hilangnya pendapatan dari minyak dan pajak.

Berdasarkan data monitor konflik IHS Market, pada kuartal kedua tahun ini, pendapatan ISIS trcatat sebesar US$16 juta per bulan atau sekitar Rp210 miliar perbulan. Pendapatan tersebut menurun tajak dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai U$81 juta atau sekitar Rp1,06 triliun.

Adapun data tersebut diperoleh dari hasil wawancara, dokumen ISIS, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan sumber oposisi Suriah. Laporan tersebut menggarisbawahi perubahan pendapatan kelompok teroris terkaya tersebut dari pengenaaan pajak pada wilayah kekuasaannya, penjualan minyak pada pasar gelap, hingga penyelundupan artefak arkeologi, dan permintaan uang tebusan atas penculikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kehilangan wilayah adalah foktor utama yang menyebabkan turunnya pendapatan ISIS," ujar Analis Timur Tengah IHS Markit Ludovico Carlino, dikutip dari CNN.com.


Dia menjelaskan, rata-rata pendapatan bulanan ISIS dari minyak turun 88 persen dibandingkan 2015. Sementara itu, pendapatan dari perpajakan dan rampasan turun sebesar 79 persen.

Tiga tahun sejak kelompok tersebut mendeklarasikan Negara Islam yang bergaya sendiri di Irak dan Suriah, ISIS mulai mengalami kehilangan pendapatan.

Cepatnya penurunan pendapatan tersebut diakibatkan hilangnya kekuasaan ISIS pada Mosul, pusat kegiatan terbesar di Irak dan Ibukota Suriah secara de facto. IHS Market memperkirakan ISI telah kelihatan 60 persen wilayahnya sejak Januari 2016.


ISIS pun diperkirakan akan menyesuaikan diri atas penurunan pendapatan dan wilayah dengan melakukan serangan yang cerdas, berpindah-pindah, dan mengejutkan.

"Meskipun ISIS tetap terlibat dalam aktivitas komersia, terutama produksi minyak, ada indikasi mereka berupaya meningkatkan cadangan keuangannya. Pemberontakan di masa depan akan melalui perang ekonomi yang sesungguhnya," ungkap Carlino.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER