Jakarta, CNN Indonesia -- Para pemimpin dunia meningkatkan tekanan terhadap Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk berkompromi soal iklim dan perdagangan seiring dengan dimulainya Konferensi Tingkat Tinggi G-20 di Jerman.
Dalam
communique bersama yang dikeluarkan saat para pemimpin berkumpul di aula besar di Hamburg, negara BRICS--Brasil, Rusia, India dan China--meminta G-20 segera mengimplementasikan perjanjian iklim Paris meski Trump memutuskan untuk menarik diri dari kesepakatan tersebut.
"Kesepakatan Paris soal perubahan iklim adalah konsensus penting yang tidak bisa dicapai dengan mudah dan tidak boleh ditinggalkan begitu saja," kata Presiden China Xi Jinping sebagaimana dikutip
Reuters, Jumat (7/7).
Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan para pemimpin G-20 akan mendorong Trump untuk memikirkan kembali keputusannya soal perjanjian tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tidak merenegosiasi perjanjian Paris, itu tetap sama, tapi saya ingin melihat AS mencari cara untuk bergabung kembali," ujarnya. Pertemuan itu dilakukan saat terjadi pergeseran besar dalam ranah geo-politik dunia, berkat kebijakan "America First" Trump yang menggiring China dan Eropa lebih dekat.
Trump akan menemui Presiden Rusia Vladimir Putin untuk pertama kalinya, Jumat sore waktu setempat. Pertemuan ini akan menjadi pusat perhatian, menyusul dugaan intelijen AS yang menyebut Moskow ikut campur dalam pemilu dalam rangka mendukung Trump.
Konferensi ini juga mempertemukan Trump dan Xi saat Washington meningkatkan tekanan terhadap Beijing soal Korea Utara dengan ancaman hukuman perdagangan.
[Gambas:Video CNN]Di tengah kepentingan masing-masing negara dan risiko konflik, tuan rumah, Kanselir Angela Merkel, menghadapi tugas berat membawa para pemimpin dunia ke arah konsensus soal perdagangan, iklim dan imigrasi. Semua isu itu semakin pelik sejak Trump menjabat setengah tahun lalu.
Merkel dihadapkan pada pemilihan umum sekitar dua bulan yang akan datang dan tidak bisa tampak lemah di hadapan Trump yang sangat tidak populer di Jerman. Di saat yang sama, dia juga tidak bisa berkonfrontasi terbuka dan memicu masalah baru dengan Washington.
"Ada jalan rapuh yang mesti diambil Angela Merkel, karena belum jelas apakah sikap konfrontasional tidak akan menciptakan masalah kredibilitas lebih jauh untuk kerja sama G-20," kata Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati.
(aal)