Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin akan bertemu untuk pertama kalinya, Jumat (7/7), di sela Konferensi Tingkat Tinggi G-20 di Hamburg, Jerman.
Pertemuan bilateral resmi itu akan menghadapkan Trump dengan pemimpin negara yang disebut AS telah ikut campur dalam pemilihan umum 2016 untuk melancarkan jalannya menuju Gedung Putih.
Beberapa hari belakangan, Trump mesti berurusan dengan satu bundel tebal materi persiapan tur kenegaraannya ke Eropa. Namun, dari dokumen tersebut hanya ada beberapa lembar yang dikhususkan untuk mempersiapkan pertemuan dengan Putin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Demikian disampaikan seorang pejabat yang dikutip secara anonim oleh
CNN. Sementara itu, seorang pejabat lainnya mengatakan masing-masing poin pembicaraan hanya dipersiapkan sepanjang satu atau dua patah kata agar Trump bisa fokus saat menjalani pertemuan.
Di balik layar, sebelum pertemuan itu, para penasihat masih menunjukkan kekhawatiran akan sifat Trump yang sulit ditebak, terutama setelah mengetahui bahwa Putin mempersiapkan secara matang pembicaraannya dengan sang pemimpin Negeri Paman Sam.
Semua hal, mulai dari bahasa tubuh Trump dengan Putin hingga keputusan soal pemilihan kata-kata yang dia ambil saat pernyataan publik akan dibedah habis-habisan oleh seluruh dunia.
Warga kedua negara jelas bakal memerhatikan para pemimpinnya dengan seksama, begitu pula pemimpin negara-negara lain yang berharap bisa mendapatkan informasi soal pandangan pemerintahan baru AS terhadap Rusia.
Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pertemuan tersebut.
1. Pandangan Mata
Hal yang pertama kali menjadi sorotan dalam pertemuan semacam ini adalah apa yang bisa terlihat secara kasat mata, bukan substansi.
Bagaimana kedua pemimpin negara mempresentasikan diri? Bahasa tubuh dan sikap yang ditunjukkan dalam penampilan publik singkat dalam pertemuan Trump dan Putin akan dianalisis, lagi dan lagi untuk beberapa hari bahkan minggu. Apakah mereka akan duduk atau berdiri? Apakah Trump akan menjabat tangan Putin? Apakah Trump akan membungkuk untuk menghormati Putin? Atau apakah Putin akan tetap bersikap kaku dan menjauhkan diri?
Trump belakangan mulai sadar dengan hal-hal semacam itu. Pertama, dia terlihat menuntun Perdana Menteri Inggris Theresa May saat menyambutnya di Gedung Putih, Januari lalu. Beberapa bulan kemudian, Trump enggan menjabat tangan Angela Merkel saat keduanya bertemu di Oval Office, menegaskan bahwa hubungan keduanya sedang dingin.
Trump terlihat jauh lebih akrab pada Mei lalu ketika bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat Sergey Kislyak atas permintaan Putin. Sejumlah foto menunjukkan Trump tertawa, menunjuk Kislyak dan menepuk pundak Lavrov. Belakangan diketahui bawaha Trump membocorkan informasi Rusia dalam pertemuan itu, namun sikapnya menunjukkan bahwa hubungannya dengan Rusia sangat bersahabat.
2. Apa yang Akan Mereka Bicarakan?
Kamera tentu saja tidak akan diizinkan merekam pertemuan Trump dengan Putin. Karena itu, substansi pembicaraan keduanya hanya bisa dibaca lewat pernyataan resmi kedua negara dan bocoran-bocoran dari pihak yang berada di dalam ruangan.
Namun, pertanyaan utama yang menyeruak adalah soal ikut campur Rusia dalam pemilihan umum.
Trump, kata seorang pejabat pemerintahan yang dikutip secara anonim, berencana untuk berfokus pada perselisihan paham di Suriah dan Ukraina saat bertemu dengan Putin nanti. Meski rencana resmi pembicaraan itu masih belum muncul ke permukaan, kecil kemungkinan AS akan mengungkit persoalan 2016 itu.
Kemarin, Trump mengatakan Rusia bisa saja memengaruhi pemilu tersebut, tapi dia menyiratkan bahwa siapa pun bisa saja menjadi pelakunya dan "tidak ada satu orang pun yang tahu kepastian hal tersebut."
"Saya rasa bisa saja Rusia yang melakukannya tapi saya rasa itu bisa saja dilakukan oleh negara lain," kata Trump dalam konferensi pers bersama Presiden Polandia Andrzej Duda. Rusia sejauh ini terus menampik tudingan tersebut.
Rusia juga tampaknya terus menepikan kemungkinan pembahasan masalah Ukraina dalam pertemuan tersebut. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa pertemuan itu akan berlangsung secara singkat dan Putin tidak mungkin menjelaskan situasi di Ukraina secara utuh.
3. Apa Trump Akan Mengikuti Sikap Obama?
Hubungan Barack Obama dan Putin dapat dikatakan sangat buruk. Hubungan buruk pendahulu Trump dengan pemimpin Rusia itu kembali menjadi sorotan pada September 2016 ketika keduanya sama-sama menunjukkan sikap kaku di sela KTT G-20 di Hanghzhou, China.
Momen itu diabadikan dalam foto di mana Obama tampak seolah memandang rendah Putin yang memang secara fisik sedikit lebih pendek darinya. Ekspresi kedua pemimpin negara itu jelas sangat tegang.
Obama belakangan mengungkap bahwa dirinya meminta Putin untuk berhenti ikut campur dalam pemilihan umum Amerika Serikat jika tidak mau menghadapi "konsekuensi serius."
Tidak semua presiden memandang Putin dengan skeptis seperti itu. Karena itu, sikap hangat Trump dengan Putin bukan sesuatu yang abnormal.
Presiden George W Bush ketika bertemu dengannya 2001 lalu mengatakan dirinya bisa menatap mata Putin dan "merasakan jiwanya."
"Saya menatap matanya. Saya melihat dia sangat blak-blakan dan bisa dipercaya," kata Bush yang berdiri di samping Putin. "Kami berdialog sangat baik. Saya bisa merasakan jiwanya, orang yang sangat berkomitmen pada negara dan kepentingan terbaik buat negaranya. Dan saya sangat menghargai dialog jujur dengannya."
4. Apakah Pertemuan Dipengaruhi Rudal Korut?
Trump selama ini mengambil sikap keras terhadap Korea Utara, tapi negara tersebut justru semakin menjadi-jadi. Belakangan Pyongyang malah kembali melakukan uji coba rudal yang mereka klaim sebagai rudal balistik antarbenua (ICBM).
Sejauh ini, kemarahan Trump terhadap Korut difokuskan kepada China.
"Perdagangan antara China dan Korea Utara berkembang nyaris 40 persen dalam kwartal perama," ujarnya melalui akun Twitter beberapa jam sebelum berangkat ke Polandia. "Cukup sampai di sini China bekerja sama dengan kita--tapi kita mesti mencobanya!"
Tapi Rusia, seperti China, berbatasan langsung dengan Korea Utara dan sejauh ini membela negara tersebut dari kecaman Amerika Serikat.
Lavrov memperingatkan bahwa Rusia dan China menilai upaya untuk membenarkan solusi militer di Semenanjung Korea tidak bisa diterima. Kedua negara menggunakan resolusi Dewan Keamanan sebagai alasan.
"Upaya apapun untuk melumpuhkan perekonomian DPRK juga tidak bisa diterima," kata Lavrov yang merujuk dengan singkatan nama resmi Korut.
Seberapa besar kunjungan Trump ke Polandia mempengaruhi hubungan dengan Putin?
Trump menyampaikan pidato yang mendapat sambutan baik di Polandia, negara yang bisa berdiri dan diterima NATO karena ketidakpercayaannya pada Rusia.
Ia pun sangat mendukung Pasal 5 Pakta Pertahanan Atlantik Utara yang menyatakan serangan terhadap salah satu negara NATO sama dengan serangan untuk semua anggotanya.
"Untuk mereka yang mengkritisi sikap keras kami, saya akan menunjukkan bahwa Amerika Serikat telah mendemonstrasikan, tidak hanya dengan kata-kata tapi juga aksi, bahwa kami sangat mendukung Pasal 5, komitmen pertahanan bersama," kata Trump.
Trump tidak menyebutkan pasal tersebut dalam kunjungannya ke Brussels, Mei lalu, membuat sejumlah pihak mempertanyakan komitmennya. Gedung Putih menepis pertanyaan itu dan menyebut kehadiran Trump dalam acara yang menghormati Pasal 5 dan peran NATO dalam merespons serangan teroris 11 September cukup jelas menunjukkan komitmen AS terhadap pakta tersebut.
Putin dan Rusia tetap skeptis terhadap NATO. Juni lalu, Putin mengancam akan "mengeliminasi ancaman" Swedia bergabung dengan NATO.
"Jikwa Swedia bergabung dengan NATO, ini akan memengaruhi hubungan kami secara negatif karena kami akan menilai infrastruktur blok militer tersebut kini mendekati kami dari sisi Swedia," kata Putin kepada kantor berita negaranya. "Kami akan menganggap ini sebagai ancaman tambahan untuk Rusia dan kami akan mencari cara untuk mengeliminasi ancaman tersebut."