Jakarta, CNN Indonesia -- Dua pejabat Amerika Serikat mengatakan pemerintahan Presiden Donald Trump memutuskan untuk menghentikan misi rahasia Badan Intelijen Pusat AS (CIA) yang selama ini dilakukan untuk membekali dan melatih sejumlah kelompok pemberontak anti-pemerintah Suriah.
Keputusan AS ini, menurut salah satu pejabat yang dekat dengan misi tersebut, merupakan upaya pemerintah untuk memperbaiki hubungan negara dengan Rusia yang selama ini menjadi pendukung utama Presiden Bashar al-Assad dalam perang sipil di Suriah.
“AS tidak membuat konsesi besar, mengingat pengaruh besar Assad meski tidak mencakup seluruh Suriah. Tapi ini adalah sinyal bagi Putin bahwa pemerintah AS ingin memperbaiki hubungan dengan Rusia,” ucap pejabat itu, Jumat (21/7).
Keputusan ini dibuat oleh Penasihat Keamanan Nasional HR McMaster dan Direktur CIA Mike Pompeo setelah berkonsultasi dengan pejabat AS lain.
Konsultasi itu dikabarkan terjadi sebelum pertemuan Perdana Trump dan Presiden Vladimir Putin berlangsung pada 7 Juli lalu di KTT G-20, Hamburg, Jerman.
Misi CIA di Suriah itu dimulai pada 2013 lalu sebagai salah satu upaya gagal presiden Barack Obama untuk menggulingkan Assad.
Salah satu pejabat lain yang juga enggan disebutkan namanya mengatakan kelemahan misi itu adalah pemberontak yang dilatih dan dipersenjatai oleh CIA banyak yang justru membelot dan bergabung ISIS.
Tak sedikit pula anggota pemberontak yang dilatih dalam misi itu akhirnya memilih untuk berhenti.
Meski begitu, pejabat itu mengatakan misi AS di luar program CIA ini, seperti misi pelatihan dan dukungan terpisah oleh militer AS bagi tentara pemberontak, akan terus berlanjut di Suriah.
Kabar ini dikutip dari Reuters yang merujuk kepada Washington Post. Juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, menolak berkomentar tentang hal ini ketika ditanya dalam konferensi pers rutin.
CIA juga enggan menanggapi kabar soal pengehentian salah satu misinya tersebut.
Penghentian misi badan mata-mata utama AS ini muncul di tengah mencuatnya skandal kedekatan tim kampanye Trump dan Rusia saat pemilu, tudingan yang terus dibantah Kremlin.
Sebelum resmi menjabat di Gedung Putih, Trump pernah mengusulkan akan mengakhiri dukungan AS di Suriah dan lebih memprioritaskan perang untuk memberangus ISIS di Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT