Erdogan Dianggap Tidak Membawa Solusi bagi Krisis Qatar

CNN Indonesia
Selasa, 25 Jul 2017 19:16 WIB
Kunjungan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Teluk dianggap tidak membawa solusi signifikan atas krisis diplomatik yang terjadi antara Qatar dan Saudi Cs.
Kunjungan Erdogan ke Teluk dianggap tidak membawa solusi atas diplomatik Qatar. (REUTERS/Umit Bektas)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meninggalkan Qatar pada Senin (24/7) setelah lawatan selama dua hari di Teluk, guna menyelesaikan krisis diplomatik terparah di kawasan.

Namun, kehadiran Erdogan belum membawa dampak signifikan atas sengketa tersebut. Hingga saat ini, Qatar masih dikucilkan oleh empat negara tetangganya, yakni Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir.

Kantor berita Qatar QNA mengatakan bahwa Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani telah mengadakan pembicaraan eksklusif dengan Erdogan guna menyelesaikan sengketa secara diplomatik. Selain itu, QNA melaporkan, dikutip Reuters, Qatar-Turki telah menyepakati upaya kontraterorisme, selain mendiskusikan tentang kerjasama pertahanan dan ekonomi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum berkunjung ke Qatar, Erdogan juga bertemu dengan pemerintah Saudi dan Kuwait. Di Saudi, Erdogan mendiskusikan “upaya kontraterorisme dan pendanaannya” dengan Raja Salman, sebut QNA, tanpa menjelaskan lebih lanjut.


Di sisi lain, kehadiran Erdogan ke Teluk dinilai tidak membawa kemajuan dalam penyelesaian krisis. Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Anwar Gargash.

“Kunjungan Presiden Turki tidak menghasilkan sesuatu yang baru dan memposisikan negaranya sebagai pihak netral akan lebih menguntungkan bagi Ankara,” ucap Gargash di Twitter.

Sementara, soal Qatar, Gargash menyebut “akan lebih baik jika Doha mempertimbangkan kembali posisi mereka.”

Sebelum Erdogan, beberapa utusan dari negara lain juga telah berkunjung ke Teluk guna membantu meredakan krisis, termasuk Menlu Amerika Serikat Rex Tillerson dan diplomat dari Perancis, Inggris serta Jerman.

Pada awal Juni, Saudi Cs memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dan menutup akses darat, laut dan udara, ke negara tersebut atas tuduhan ekstremisme. Doha telah membantah tuduhan tersebut.

Adapun, saat Qatar dijatuhi blokade, Turki merupakan sekutu terkuat, selain Iran. Turki bahkan mengirimkan tentara tambahan ke basis militernya di Doha, sebagai bentuk dukungan.


Selain itu, Erdogan juga terlibat aktif dalam perdamaian negara-negara Teluk dan bertindak sebagai mediator, seperti halnya Kuwait dan negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan Inggris.

Meskipun demikian, upaya negara-negara mediator itu hingga kini belum membuahkan hasil. Beberapa waktu lalu, keempat negara Arab merilis 13 tuntutan jika Qatar ingin blokade dicabut, diantaranya penutupan media Al Jazeera, menjaga jarak dengan Iran, dan menutup basis militer Turki.

Qatar menyebut tuntutan itu tidak masuk akal dan menolak memenuhinya.

Sementara, Amerika Serikat mengupayakan penyelesaian sengketa melalui kesepakatan tentang kontraterorisme, termasuk melumpuhkan aliran dana terorisme global.

Namun, upaya AS itu pun menemui jalan buntu karena Saudi Cs menyebut kesepakatan itu ‘tidak cukup’ dan akan tetap memberlakukan blokade terhadap Qatar.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER