Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe melakukan perombakan kabinet pada Kamis (3/8) dengan tujuan menarik simpati publik setelah popularitasnya terjun bebas, selama beberapa bulan terakhir.
Di susunan kabinet terbarunya, Abe mendepak sejumlah menteri berpandangan konservatif dan justru merangkul kelompok oposisi, demi memuluskan tujuan politiknya itu.
Abe, yang menduduki kursi perdana menteri sejak Desember 2012, berusaha mendorong agenda-agenda nasionalis serta upaya kebijakan besar-besaran untuk mengakhiri deflasi tahun lalu dan memajukan ekonomi terbesar ke-tiga dunia itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi dukungan publik pada Abe terus turun dalam beberapa bulan terakhir, menyusul rentetan isu politis yang menerpanya, termasuk dugaan nepotisme yang dengan tegas dia bantah.
Partai Abe, Liberal Democratic Party (LDP) menderita kekalahan dalam pemilihan umum bulan lalu. Para analis dan sejumlah surat kabar menyalahkan kekalahan itu atas ‘arogansi’ pihak Abe yang terus meningkat.
“Saya sangat menyesalkan kekurangan saya telah mengundang situasi ini," kata Abe, sehari menjelang pengumuman perubahan kabinet, dikutip
AFP, Kamis (3/8).
Abe menunjuk mantan Menteri Pertahanan Itsunori Onodera kembali ke jabatannya, setelah sekutu dekatnya Tomomi Inada, memutuskan mengundurkan diri pekan lalu. Pengunduran diri Inada itu berkaitan dengan skandal penanganan dokumen militer.
Selain itu, Abe juga menunjuk beberapa anggota legislatif yang kerap berseberangan dengannya.
Salah satunya adalah Taro Kono, 54, yang kini menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, menggantikan Fumio Kishida. Kono dikenal sebagai pendukung konsep anti-nuklir, kontras dengan pandangan Abe yang mendukung penggunaan energi nuklir.
 Menteri Pertahanan Jepang Tomomi Inada mengundurkan diri pekan lalu karena skandal penanganan dokumen militer. (REUTERS/Issei Kato) |
Kishida, yang merupakan sekutu dekat Abe lainnya dan digadang-gadang jadi perdana menteri Jepang berikutnya, kini menjabat sebagai orang pertama di partai LDP.
Sementara, Seiko Noda, yang dulu disebut akan menjadi perdana menteri wanita Jepang pertama, ditunjuk sebagai Menteri Dalam Negeri.
Noda menggantikan Sanae Takaichi, yang juga merupakan sekutu dekat Abe di pemerintahan.
Pertahanan Jadi Isu KrusialPertahanan menjadi isu penting bagi pemerintahan Abe saat ini, terutama berkaitan dengan hubungan yang semakin tegang antara Jepang dan Korea Utara.
Onodera, yang baru kembali disumpah menjadi menteri pertahanan berjanji akan mengembalikan persatuan dalam tubuh kementerian, selain mengantisipasi ancaman rudal dan nuklir Korut di kawasan.
Rezim Kim Jong-un kembali meluncurkan rudal balistik pada Jumat pekan lalu, hanya selang beberapa jam setelah AS dan Jepang memutuskan sanksi tambahan atas negara paling terisolasi di dunia itu, menyusul rudal balistik antarbenua yang ditembakkan Korut pada awal Juli.
“Situasi di kawasan, termasuk ancaman nuklir dan rudal Korea Utara, menjadi semakin genting,” kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga.
Di sisi lain, Suga bersama dengan Wakil Perdana Menteri Taro Aso, merupakan dua pejabat tinggi yang berhasil mempertahankan posisi mereka dalam kabinet Abe.