Jakarta, CNN Indonesia -- Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN gagal mengeluarkan komunike di akhir pertemuan tingkat tinggi KTM ASEAN pada Sabtu (5/8). Salah satu alasan utamanya tak lain karena kurangnya konsensus terutama mengenai perselisihan di Laut China Selatan.
Kesepuluh negara anggota ASEAN diketahui silang pendapat dan memiliki pandangan berbeda tentang menangani ketegasan di semenanjung Korea dan Laut China Selatan.
Juru bicara menteri luar negeri Filipina Robespierre Bolivar enggan memberikan alasan penundaan tersebut. Menurutnya komunike mengenai Laut China selatan akan dikeluarkan usai serangkaian acara yang akan diselenggarakan di manila, Filipina dalam beberapa hari kedepan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Komunike akan dikeluarkan bersamaan dengan pernyataan ketua di akhir pertemuan," ucap Bolivar dalam pertemuan KTM ASEAN yang mengangkat tema "Partnering for Change Engaging the World".
Salah satu masalah yang dimaksud Bolivar yakni menyoroti sikap ASEAN terhadap pengaruh China yang terus berkembang, apaka pemerintah AS akan memprioritaskan hubungan dengan ASeAn atau mencoba mempertimbangkan kegiatan maritim China yang dianggap kontroversial.
Sementara itu, diplomat dari tiga negara ASEAN mengatakan penundaan komunike karena Vietnam yang termasuk dalam empat anggota yang mengklaim kedaulatan Laut China Selatan, bersaing dengan China. Vietnam menginginkan komunike yang menyertakan kemungkinan adanya reklamasi lahan dan militerisasi.
Padahal, draft komunike yang dikeluarkan sejak tahun lalu telah memuat kedua referensi tersebut.
China diketahui sangat sensitif terhadap sikap ASEAN sehingga melakukan perluasan kemampuan militernya di beberapa pulau tersebut. Sejumlah negara ASean khawatir sikap China tersebut akan memengaruhi kekuatan militer dan ekonomi negaranya.
Alotnya pembahasan mengenai Laut China Selatan disinyalir akibat meningkatnya ketegangan di semenanjung Korea akibat uji coba rudal jarah jauh Korea Utara. Sikap Korea Utara tersebut dianggap sebagai ancaman serius untuk perdamaian dan keamanan global.
Sejumlah negara Asia, termasuk Korea Selatan berhadap bisa melakukan dialog dengan menteri luar negeri Korea Utara, Ri Yong Ho.
"Jika ada kesempatan, saya merasa perlu berdialog dan meminta Korea Utara menghentikan upaya provokasi secara terus menerus," ungkap Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Kyung Wha seperti dilaporkan
Reuters.
Terkait dengan rencana peluncuran rudal balistik terbaru, Kementerian luar Negeri Korea Utara pada Sabtu (5/8) di hadapan diplomat dari sejumlah negara ASEAN mengklaim telah sukses menguji coba rudal terbarunya.