Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Yusuf Kalla menekankan pentingnya kemampuan menguasai ilmu pengtahuan, teknologi dan inovasi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Hal itu disampaikannya saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerjasama Islam Pertama mengenai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(1st OIC Summit on Science, Technology, and Innovation) di Astana, Kazakhstan.
Menurutnya, ada sejumlah permasalahan yang bisa diselesaikan dengan campur tangan IPTEK. Mulai dari pengentasan kemiskinan, penanggulangan penyakit, kekurangan pangan, krisis energi dan air, serta permasalahan lainnya.
Dalam keterangan resmi yang diterima
CNNIndonesia.com, JK menekankan perlunya menjalin kerjasama untuk mengintegrasikan hasil riset dan pengembangan negara-negara anggota OKI untuk mengatasi berbagai permasalahan di masing-masing negara.
Selain itu, Indonesia juga mendorong seluruh negara OKI agar giat mengembangkan IPTEK dan inovasi sejak pendidikan dasar melalui penguatan kurikulum sejak usia dini. Seluruh negara OKI diharapkan juga mengintegrasikan bidang IPTEK dan inovasi dalam membuat kebijakan dan strategi nasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di akhir sambutannya, JK menekankan sikap seluruh negara OKI untuk memajukan peran Islam dalam mengembangkan IPTEK dan inovasi untuk kesejahteraan manusia.
Pada akhir KTT, diharapkan seluruh kepala negara/ wakil negara mengesahkan beberapa dokumen seperti dokumen
OIC Science, Technology, and Innovation 2026 serta
Astana Declaration. Inti dari dokumen
OIC Science, Technology, and Innovation 2026 merupakan peta jalan (roadmap) IPTEK negara-negara OKI untuk periode 2017-2026, sementara
Astana Declaration berisi pernyataan bersama mengenai pengembangan IPTEK di negara OKI bagi kepentingan manusia.
KTT OKI mengenai IPTEK merupakan KTT tematik pertama yang diselenggarakan atas kesepatakan seluruh negara anggota sejak pertemuan terakhir di Istanbul, April 2016 lalu. Pertemuan KTT OKI IPTEK dihadiri 20 kepala negara/ pemerintah, raja, dan wakil presiden dari 56 negara anggota.
(evn)