Prayuth Sebut eks PM Thailand Yingluck Kabur ke Dubai

CNN Indonesia
Kamis, 28 Sep 2017 10:32 WIB
Perdana Menteri Prayuth Chan-ochamenyebut eks PM Yingluck Shinawatra yang telah divonis 5 tahun penjara kini sedang berada di Dubai, Uni Emirat Arab.
Eks PM Thailand Yingluck Shinawatra yang telah divonis hukuman 5 tahun penjara disebut tengah berada di Dubai. (Reuters/Chaiwat Subprasom)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha mengatakan bahwa eks PM Yingluck Shinawatra kini sedang berada di Uni Emirat Arab.

"Dia berada di Dubai," ujarnya kepada wartawan, Kamis (28/9). Menurutnya, selama ini Kementerian Luar Negeri Thailand terus melacak keberadaan Yingluck.

"Polisi kini mesti mesti lanjut bekerja dan berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Interpol," kata Prayuth sebagaimana dikutip Reuters.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahkamah Agung menjatuhkan vonis lima tahun penjara untuk Yingluck yang terbukti lalai dalam mengelola skema subsidi beras.

Yingluck sedianya dijadwalkan untuk divonis pada 25 Agustus lalu, tapi dia tidak hadir dalam persidangan dan dinyatakan telah melarikan diri.

Orang-orang di sekitar Yingluck menyatakan ia melarikan diri ke luar Myanmar karena takut dijatuhi hukuman keras oleh pemerintah junta militer yang menggulingkannya dalam kudeta 2014.

Skema subsidi yang dipermasalahkan mendapatkan banyak dukungan di daerah pedesaan sehingga Yingluck bisa dengan mudah memenangi pemilu 2011 lalu. Namun, pemerintahan junta menyebutnya mengakibatkan kerugian $8 miliar.
Perseteruan antara para elite tradisional Thailand, termasuk militer, kelompok kelas atas Bangkok dan keluarga Shinawatra telah mendominasi politik negara tersebut selama lebih dari satu dekade. Kakak Yingluck, bekas Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, bernasib sama dan digulingkan pada kudeta 2006.

Keluarga Shinawatra mempunyai dukungan besar di daerah-daerah pedesaan sehingga berhasil memenangkan setiap pemilu sejak 2001 lalu. Namun, lawan-lawannya menuding mereka terlibat dalam korupsi dan nepotisme.

Melalui skema yang dipermasalahkan, pemerintahan Yingluck membeli beras dari petani dengan harga di atas pasar, berujung pada penumpukan dan mengganggu harga komoditas dunia.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER