Kisruh Referendum Catalonia, 38 Orang Terluka

CNN Indonesia
Minggu, 01 Okt 2017 19:34 WIB
Pusat layanan darurat Catalonia mencatat setidaknya ada 38 orang terluka akibat bentrok dengan polisi karena penyelenggaraan referendum.
Pusat layanan darurat Catalonia mencatat setidaknya ada 38 orang terluka akibat bentrok dengan polisi karena penyelenggaraan referendum. (Foto: REUTERS/Juan Medina)
Madrid, CNN Indonesia -- Polisi Spanyol mengambil aksi dan tindakan terhadap para warga yang ingin menyuarakan referendum Catalonia dengan memaksa masuk ke tempat pemungutan suara, pada Minggu (1/10).

Dilansir dari AFP, pusat layanan darurat menyebutkan, setidaknya ada 38 orang yang terluka akibat kisruh tersebut.

Sekitar 35 orang luka ringan, sementara tiga lainnya luka 'serius', seperti yang disampaikan para korban lewat akun Twitter. Sembilan di antaranya dibawa ke pusat kesehatan setempat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketegangan mulai terjadi saat pasukan polisi berupaya menutup akses masuk ke tempat pemungutan suara dan merampas kotak-kotak suara. Sementara, ribuan orang tumpah ruah di jalanan untuk memberikan suara mereka akan referendum kemerdekaan Catalonia yang ditentang pemerintah Spanyol.


Begitu tempat pemungutan suara dibuka, pada Minggu (1/10) pagi waktu setempat, kisruh dengan polisi pun tak terhindarkan. Pasukan polisi memaksa para pemilih menuju satu titik yakni pusat olahraga di Girona, di mana pimpinan kelompok separtis dijadwalkan memberi suara.

"Votarem, votarem!", sorak massa, yang berarti 'Kami akan memilih," dalam bahasa Catalan.

Di tengah guyuran hujan di Barcelona, pelajar dan aktivis yang bermalam di sekolah juga ada yang berupaya mempertahankan tempat pemugutan suara dari gempuran polisi.

Telvisi lokal pun menayangkan ribuan orang di kota dan desa di sejumlah wilayah, seiring dengan pengumuman kelompok separatis pemerintah bahwa referendum akan tetap berjalan sebagaimana direncanakan.

Namun, menteri dalam negeri Spanyol menjalankan sejumlah upaya untuk menghentikan referendum. Pemerintah menentang pemungutan suara, yang dianggap melanggar konsitutusi, dan memerintahkan untuk mengehntikannya.


Tidak hanya menyegel kertas suara, polisi juga menahan para penyelenggara dan menutup situs yang mempromosikan aksi pemungutan suara. Namun, pada Minggu pagi, massa pemilih ingin suaranya didengarkan.

"Hari ini adalah hari bersejarah bagi kami," ujar Maria Rosa Pi-Sunyer Arguimbau, 55 tahun, setelah seorang pria berlari diam-diam membawa kotak suara dari kendaraan ke depan pintu. Sementara polisi berjaga-jaga tak jauh dari sana.

Kotak suara menjadi sorotan selama krisis referendum, khususnya akan perkiraan di mana mereka disembunyikan, dan bagaimana diantarkan ke tempat pemungutan suara. Sementara, polisi diperintahkan untuk menangkap apapun yang terkait dengan referendum.


Sementara sejumlah orang berdatangan ke tempat pemungutan suara. Beberapa di antaranya tidak diketahui berasal dari mana.

Sebelumnya dikabarkan polisi setempat telah menutup sebagian besar dari total 2.315 tempat pemungutan suara. Apapun yang terjadi, referendum yang berlangsung pada Minggu (1/10) tidak dianggap oleh pemerintah Spanyol, dan juga masyarakat internasional.

Dikabarkan, pelaksanaan pemungutan suara tidak hanya berlangsung di sekolah-sekolah, tapi juga di pusat kesehatan dan panti jompo. Sejumlah petani dan pemadam kebakaran juga menjadi pendukung referendum dengan melindungi tempat pemungutan suara.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER