Jakarta, CNN Indonesia -- Kematian Omar Maute dan Isnilon Hapilon, dua pemimpin ISIS di Marawi, Filipina, mesti diberi perhatian khusus oleh pemerintah Indonesia sebagai negara tetangga yang hanya terpisah laut dengan Mindanao.
Kepada
CNNIndonesia.com, Direktur Community Of Ideological Islamic Analyst Harits Abu Ulya mengatakan ada potensi kecil pemanfaatan Indonesia sebagai sasaran baru para militan, meski belum menjadi lahan subur pertumbuhan kelompok semacam Maute di Marawi.
"Dalam konteks ini di Indonesia perlu dicermati potensi, meski minor, aksi sporadis sebagai efek jalan buntu dari sekelompok kecil orang yang merasa Indonesia menjadi zona konflik pilihan setelah wilayah-wilayah seperti Marawi tidak bisa lagi mengakomodir mereka," kata Harits saat dihubungi, Senin (16/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Militan Maute adalah kelompok berbaiat ISIS yang dipimpin oleh Omar dan seorang saudaranya, Abdullah Maute. Keberadaan Abdullah hingga saat ini masih misterius meski sudah berkali-kali dikabarkan tewas.
Sementara itu, Isnilon Hapilon adalah pemimpin ISIS Asia Tenggara yang telah diakui oleh para petinggi di Timur Tengah sejak 2014 lalu. Ia juga memimpin militan Abu Sayyaf yang juga berafiliasi pada kelompok asal Irak dan Suriah itu.
Harits mengatakan tewasnya kedua tokoh ini "akan berpengaruh kepada daya dukung sekelompok kecil orang Indonesia yang hendak terlibat tempur di Marawi."
Bisa jadi, lanjut dia, proses indoktrinasi masih berjalan untuk mengarahkan sekelompok kecil orang Indonesia agar hijrah ke Marawi untuk ikut berperang atas dasar faktor kesamaan agama dan afiliasi politik kepada ISIS. Namun, faktanya tidak sesederhana itu.
"Fakta aktualnya, kondisi lapangan di mana kelompok Maute mulai terdesak dan kehilangan tokoh-tokoh kuncinya tentu akan berpengaruh kepada tingkat penghormatan dari kelompok di luar Filipina," kata Harits.
 Isnilon Hapilon (kedua kiri) dan Abdullah Maute (kedua kanan). (Armed Forces of the Philippines/Handout via Reuters TV) |
Sementara untuk di dalamm Filipina sendiri, kematian dua tokoh itu berpengaruh kepada daya perlawanan mereka terhadap militer setempat.
"Paling tidak, kelompok ini memerlukan beberapa waktu untuk segera konsolidasi mengangkat pemimpin baru yang dapat menjaga soliditas kelompok mereka," ujar Harits.
Sejauh ini, masih belum diketahui siapa tokoh yang punya kapasitas dan pengaruh sebesar Maute dan Hapsilon.
Walau begitu, kata Harits, "faktor ekonomi, sosial, kepentingan politik dan agama akan menjadi variabel eksistensi kelompok seperti Maute untuk tetap bisa eksis meski kapasitas mereka bisa menurun."
(aal)