Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Zimbabwe Robert Mugabe dalam sebuah tayangan televisi pada Minggu (19/11) waktu setempat menyatakan masih tetap memegang kendali di negaranya meski kekuasaannya yang telah berjalan selama 37 tahun, tengah diguncang krisis.
Pernyataan Mugabe ini membuat situasi politik Zimbabwe semakin tak menentu.
"Kongres partai berkuasa (ZANU-PF) akan berakhir dalam beberapa minggu dan saya akan memimpin prosesnya," kata Mugabe dalam siaran televisi seperti dilansir dari
AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mugabe sebelumnya disebut telah didepak dari pucuk pimpinan partai tersebut. Posisinya digantikan oleh Emmerson Mnangagwa.
Partai bahkan telah mengultimatum Mugabe untuk meletakkan jabatannya sebagai Presiden. Sosok berusia 93 tahun itu diberi waktu hingga Senin tengah malam waktu setempat untuk lengser.
Dilansir
Reuters, petinggi ZANU-PF yang juga menjabat Menteri Keamanan Siber Zimbabwe, Patrick Chinamasa mengatakan jika itu tak dilakukan partai akan mendorong pemakzulan Mugabe.
Kekuasaan Mugabe juga mendapat sorotan menyusul aksi militer Zimbabwe mengambil alih pemerintahan dengan menduduki gedung pemerintah dan memblokade jalanan ibu kota dengan mengerahkan tank-tanknya pada Rabu (15/11).
Belakangan diketahui bahwa manuver militer tersebut bukan kudeta, melainkan upaya membersihkan lingkaran dalam Mugabe dari para koruptor.
Dalam pernyataan di televisi Mugabe bahkan didampingi oleh sejumlah jenderal militer yang sempat mengambil alih pemerintahan.
Presiden berusia 93 tahun itu tak sedikitpun bicara perihal keinginannya untuk melepaskan jabatan presiden. Dia justru memuji tiga pilar kekuasaan di negaranya yakni militer, ZANU-PF, organisasi veteran, serta menuntut pentingnya solidaritas nasional.
"Apapun pro kontra yang ada dan operasi yang dilakukan militer, saya sebagai panglima tertinggi mengakui kekhawatiran militer. Kita harus belajar memaafkan dan mengatasi kontradiksi nyata atau yang dirasakan berdasarkan semangat orang Zimbabwe," kata Mugabe.
Pernyataan Mugabe di depan televisi itu segera memicu kemarahan.
"Pidatonya tak sesuai dengan kenyataan. Kami akan terus bergerak untuk pemakzulan dan meminta warga Zimbabwe turun ke jalan-jalan," ujar Chris Mutsvangwa, ketua organisasi veteran yang berpengaruh.
(wis)