Jakarta, CNN Indonesia -- Saad al-Hariri membatalkan pengunduran dirinya dari jabatan Perdana Menteri Libanon atas permintaan Presiden Michel Aoun agar dapat membuka jalur dialog.
"Saya mengajukan pengunduran diri saya kepada Presiden Aoun dan dia meminta saya untuk menunggu sebelum menyerahkannya dan menundanya agar dapat berdialog mengenai alasan dan latar belakang politik, dan saya menanggapi itu," ujar Hariri, sebagamaina dikutip
Reuters, Rabu (22/11).
Pengumuman ini merupakan kejutan kedua dari Hariri setelah mengumumkan pengunduran dirinya secara tiba-tiba saat sedang berada di Arab Saudi.
Langkah ini bahkan juga mengejutkan anak buahnya sendiri. Sejumlah pejabat negara serta politikus Libanon yang dekat dengan Hariri menuding Riyadh memaksanya untuk mengundurkan diri dan menahannya di negara tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pidato pengunduran dirinya, Hariri, sekutu lama Arab Saudi, menyebut kekhawatiran akan pembunuhan dan campur tangan Iran beserta Hizbullah di dunia Arab.
Pengunduran diri mendadak Hariri pada 4 November lalu ini pun membawa negaranya ke garis depan perselisihan antara kerajaan Sunni Arab Saudi dan Islamis Syiah Iran yang bersekutu dengan Hizbullah, organisasi di bawah pemerintahan Libanon.
Sebelum kembali ke Beirut, Hariri sempat berkunjung ke Mesir untuk bertemu dengan Presiden Abdel Fattah al-Sisi.
Dalam pertemuan itu, Hariri mengatakan bahwa dia bakal mengumumkan "posisi politik" sesampainya di Libanon.
Setelah intervensi Perancis, Hariri memutuskan kembali ke Libanon melalui Siprus, di mana dia bertemu dengan Presiden Nicos Anastasiades selama 45 menit.
Setibanya di bandara Beirut, Hariri langsung menuju makam ayahnya, Rafik al-Hariri, yang dibunuh pada 2005 lalu sehingga sang anak terpaksa terjun ke dunia politik.
(has)