Siaga Nuklir Korut, Hawaii Aktifkan Sirene Era Perang Dingin

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Selasa, 28 Nov 2017 14:12 WIB
Hawaii akan mengaktifkan kembali sistem peringatan serangan nuklir yang pernah digunakan di era Perang Dingin.
Tayangan peluncuran rudal Korea Utara. Hawaii mengaktifkan kembali sirine anti-nuklir era Perang Dingin untuk mengantisipasi serangan rudal Korea Utara. (REUTERS/Kim Hong-Ji)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hawaii akan mengaktifkan kembali sistem peringatan serangan nuklir yang pernah digunakan di era Perang Dingin. Langkah ini dilakukan negara bagian Amerika Serikat di perairan Pasifik itu sebagai persiapan untuk mengantisipasi potensi serangan rudal balistik dan nuklir Korea Utara.

Pejabat badan manajemen darurat Hawaii mengatakan uji coba sirine yang pertama sejak 30 tahun terakhir itu akan dilakukan di seluruh wilayah pada Jumat pekan ini, di saat ketegangan di Semenanjung Korea terus memanas karena ambisi nuklir Korut kian mengkhawatirkan.

"Kesiagaan darurat itu adalah mengenai tahu apa yang akan terjadi dan apa yang akan dilakukan saat menghadapi bahaya pada masa darurat terjadi," kata Kepala Badan Pengelolaan Masa Darurat Hawaii, Vern Miyagi, dalam sebuah rekaman gambar yang diunggah di situs resmi lembaga tersenut pada Selasa (28/11).
Pihak berwenang mengatakan sirine di udara akan terdengar selama 60 detik di lebih 400 lokasi di seluruh pulau mulai pukul 11.45 siang waktu setempat. Uji coba sistem peringatan itu pun akan terus dilakukan setiap hari kerja pertama setiap bulannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengumuman layanan publik mengimbau para penduduk untuk "tetap berada di dalam rumah atau gedung dan menunggu" jika mereka mendengar sirine berbunyi.

Dalam prakteknya, sirine ini akan menyala jika pemerintah negara bagian Hawaii mendapat peringatan bahaya dari pusat komando militer AS di Pasifik. Sistem tersebut memberikan penduduk waktu sekitar 12 sampai 15 menit untuk menyelamatkan diri sebelum serangan terjadi.
Sistem peringatan serangan nuklir ini kembali diperkenalkan pada penduduk Hawaii setelah sempat dinonatifkan pada 1980-an saat Perang Dingin berakhir.

Meski Hawaii tak memiliki tempat penampungan atau bunker khusus, para warga disarankan untuk berlindung di rumah masing-masing sebagai solusi terbaik mengurangi paparan radioaktif jika serangan nuklir benar-benar terjadi.
Diaktifkannya kembali sirene peringatan ini seiring dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap uji coba rudal dan nuklir Korut, terutama setelah Pyongyang melakukan uji coba bom hidrogen untuk keenam kalinya pada 3 September lalu.

Pyongyang beberapa kali juga melontarkan ancaman akan menyerang wilayah AS di Pasifik seperti Guam dan Hawaii dengan rudal antar-benua-nya yang diklaim mampu menjangkau daratan Negeri Abang Sam itu.
Juru bicara Badan Pengelolaan Masa Darurat Hawaii, Richard Rapoza, memperkirakan sekitar 18.000 orang bisa langsung terbunuh dan 50.000-120.000 lainnya bisa terluka jika sebuah rudal berkekuatan 150 kiloton benar-benar menyerang Oahu, Hawaii.

Oahu merupakan pulau di Hawaii tempat pangkalan militer AS, Pearl Harbour, dan juga pusat pemerintahan negara bagian.

Meski begitu, menurut Rapoza, 90 persen dari sekitar 1,4 juta penduduk Hawaii mampu bertahan hidup dari efek langsung jika serangan terjadi. Asumsi itu dia dapat berdasarkan proyeksi penilaian teknologi senjata nuklir Korea Utara.

[Gambas:Video CNN]

Sebagaimana dikutip Reuters, selain sirine antisipasi serangan nuklir, sistem peringatan serupa juga telah lama digunakan Hawaii untuk mengantisipasi badai, tsunami, dan bencana alam lainnya. Seluruh sistem peringatan tersebut terhubung langsung pada radio, televisi, dan jaringan ponsel penduduk. (nat)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER