Jakarta, CNN Indonesia -- Raja Yordania Abdullah mengatakan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa langkah AS untuk mendeklarasikan Yerusalem sebagai ibu kota Israel akan memicu "akibat berbahaya" untuk stabilitas kawasan.
Hal itu disampaikan melalui pernyataan istana kerajaan Yordania pada Rabu (6/11), sebagaimana dikutip
Reuters. Melalui pernyataan yang sama, Trump disebut berbicara dengan Abdullah melalui sambungan telepon dan menyatakan akan tetap memindahkan kedutaan besar negaranya ke Yerusalem.
Dalam percakapan itu, Abdullah menjawab Trump dengan memperingatkan bahwa langkah itu akan membawa "akibat berbahaya bagi stabilitas dan keamanan kawasan" dan akan menghalangi upaya AS memulai kembali perundingan damai Palestina-Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abdullah juga mengatakan langkah tersebut akan menyakiti perasaan umat Islam dan Kristen.
Dukungan AS terhadap klaim Israel atas seluruh bagian Yerusalem sebagai ibu kotanya akan melanggar kebijakan yang menyatakan status kota tersebut mesti ditentukan melalui negosiasi dengan warga Palestina, yang menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota di masa depan.
Masyarakat internasional tidak mengakui kedaulatan Israel di kota tersebut secara keseluruhan.
Pejabat Yordania khawatir langkah yang diambil AS akan memicu kekerasan di Palestina dan merembet masuk ke wilayah negaranya yang dihuni oleh banyak keturunan pengungsi Palestina.
"Yerusalem adalah kunci untuk mencapai kedamaian dan stabilitas kawasan dan dunia," bunyi pernyataan tersebut.
Kerajaan juga menelepon Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan menyatakan mereka mesti bekerja sama untuk "menghadapi konsekuensi keputusan ini."
(aal)